Kasus Pornografi Deepfake di Korsel, Telegram Akhirnya Buka Suara

Deepfake korsel. (BBC)

FAKTA.COM, Jakarta – Telegram secara resmi menyatakan penyesalan atas penyebaran video deepfake di Korea Selatan. 

Aplikasi perpesanan ini meminta maaf kepada Komisi Standar Komunikasi Korea Selatan (KCSC) dan mengonfirmasi penghapusan 25 video deepfake yang diminta oleh regulator. 

Telegram juga mengusulkan penggunaan email khusus untuk mempermudah komunikasi dengan KCSC, yang dianggap sebagai langkah progresif.

Korea Selatan tengah mengalami krisis ancaman video deepfake yang dihasilkan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Krisis video deepfake di Korea Selatan memicu kemarahan publik setelah polisi menemukan jaringan pornografi deepfake yang melibatkan dua universitas besar. Sebagian besar korban adalah siswa dan guru. 

Korsel Jadi Negara dengan Pornografi Deepfake Terbanyak Dunia

Dalam lima hari terakhir, polisi menerima 118 laporan terkait video deepfake, dan tujuh tersangka telah diperiksa, enam di antaranya masih remaja.

Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, telah menginstruksikan pihak berwenang untuk menyelidiki secara mendalam dan mengatasi kejahatan digital ini. 

"Kita harus memberantas kejahatan digital yang menyasar perempuan dan anak-anak," tegasnya, menurut laporan BBC, dilansir pada Kamis (5/9/2024).

Telegram Jadi Sarang Kejahatan Seks Digital di Korsel, Bagaimana Mulanya?

Hukum di Korea Selatan menetapkan hukuman penjara hingga lima tahun dan denda hingga 50 juta won bagi pelaku yang terbukti membuat video deepfake pornografi. 

Sebelumnya, pada 2019 di Korea Selatan, Telegram juga pernah menjadi sorotan karena jaringan seks yang menggunakan aplikasi ini untuk memeras wanita dan anak-anak membuat konten pornografi. Pemimpin jaringan tersebut, Cho Ju-bin, telah divonis 42 tahun penjara.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//