CEO Telegram Akhirnya Buka Suara Terkait Penahanannya di Prancis

Channel Telegrams Pavel Durov. (Ilustrasi Fakta)

FAKTA.COM, Jakarta - CEO Telegram, Pavel Durov, baru-baru ini buka suara setelah diinterogasi oleh polisi Prancis selama empat hari. 

Durov membantah bahwa dirinya yang memfasilitasi aktivitas ilegal di platformnya seperti dituduhkan oleh otoritas Prancis. Durov juga menilai tindakan hukum yang menargetkan dirinya sebagai individu kurang tepat. 

“Jika sebuah negara tidak puas dengan layanan internet, tindakan hukum seharusnya diarahkan pada layanan tersebut, bukan kepada CEO yang mengelolanya,” kata Durov di saluran Telegram pribadinya, Jumat (9/9/2024). 

Durov terkejut dengan penangkapan dirinya di Prancis, menurutnya Telegram memiliki perwakilan resmi di Uni Eropa yang menangani permintaan dari otoritas Uni Eropa. 

Ia menambahkan bahwa alamat email untuk penegak hukum telah tersedia secara publik dan dapat ditemukan dengan mudah. Menurut Durov, otoritas Prancis seharusnya tidak kesulitan menghubunginya.

Kasus Pornografi Deepfake di Korsel, Telegram Akhirnya Buka Suara

"Sebagai warga negara Prancis, saya sering mengunjungi Konsulat Prancis di Dubai, dan saya bahkan pernah membantu mendirikan jalur komunikasi langsung antara otoritas Prancis dan Telegram untuk menghadapi ancaman terorisme,” jelasnya.

Lebih lanjut, Durov menjelaskan bahwa keseimbangan antara privasi dan keamanan selalu menjadi tantangan. Menurutnya Telegram selalu berupaya menemukan titik temu antara perlindungan privasi pengguna dan kebutuhan penegakan hukum, baik di tingkat lokal maupun Uni Eropa. 

Ia juga menegaskan komitmen Telegram untuk tetap berdialog dengan regulator guna menemukan keseimbangan yang tepat, jika tidak ada kesepakatan terkait prinsip-prinsip ini, Durov menyatakan bahwa Telegram siap meninggalkan negara tersebut. 

CEO Telegram Bebas dengan Jaminan Rp 85,6 miliar

"Kami sudah melakukannya di Rusia ketika mereka meminta kunci enkripsi untuk memfasilitasi pengawasan. Kami menolak, dan akhirnya Telegram diblokir. Hal serupa terjadi di Iran ketika kami diminta memblokir saluran pengunjuk rasa damai,” ungkap Durov.

Walau begitu, Durov mengakui masih ada kekurangan dalam Telegram, khususnya terkait proses pengajuan permintaan dari otoritas.

"Kami masih perlu memperbaiki beberapa hal, namun klaim bahwa Telegram adalah ‘sarang kejahatan’ sangat tidak benar,” ujarnya. 

Ia juga menyebut bahwa Telegram setiap hari menghapus jutaan postingan dan saluran berbahaya, serta secara transparan menerbitkan laporan moderasi.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//