Pilgub Jabar, Pengamat: Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Bisa Pengaruhi Referensi Pemilih

Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie. (Dokumentasi ANTARA)

FAKTA.COM, Jakarta - Pertarungan Pilgub Jabar yang terbagi menjadi empat poros justru merupakan kontestasi politik yang lebih seru dibandingkan dengan Pilgub Jakarta.

Namun, berdasarkan survei elektabilitas, kans kemenangan tertinggi tetap dipegang oleh pasangan calon Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan.

Duet tersebut diusung 'koalisi gemuk', yakni Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Golkar, PAN, PSI, hingga partai nonparlemen seperti Partai Hanura, Partai Gelora, Partai Garuda, PKN, Partai Buruh, PRIMA, Perindo, PBB, dan Partai Ummat.

Platform Digital Diminta Lebih Aktif Lawan Hoaks Pilkada

Hal ini juga diungkapkan oleh pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan, Jumat (6/9/2024).

Firman menerangkan tingginya elektabiltias terutama karena Dedi Mulyadi sudah melakukan kerja-kerja elektoral jauh sebelum kandidat-kandidat lain.

"Bahkan, pada saat masih ada nama Ridwan Kamil yang mungkin maju di Pilgub Jabar, yang dianggap pesaing utama Ridwan Kamil itu adalah Dedi Mulyadi. Jadi kalau kita lihat hari ini, memang pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan itu leading, unggul. Termasuk juga karena didukung oleh koalisi besar," tutur Firman, kepada fakta

Firman mengakui koalisi besar belum menentukan kemenangan, tetapi di dalam koalisi tersebut terdapat beberapa partai yang punya basis massa cukup solid di Jabar, antara lain ialah Gerindra dan Golkar.

Masih Ada Harapan Inflasi Tak Terkerek Pilkada

"Memang karakter pemilih Jabar ini kan sebetulnya tidak mudah dikalkulasi. Kalau kita lihat beberapa pemilihan gubernur terakhir itu paling tidak sejak 2008, 2013, 2018 itu ada pasangan calon yang sebetulnya di awal-awal itu tidak diunggulkan, tapi kemudian di akhir itu bisa meraih secara signifikan," kata Firman Manan.

Dia mencontohkan Ahmad Heryawan pada 2008. Meski tingkat popularitasnya lebih rendah dibandingkan beberapa kandidat lain, Ahmad Heryawan berhasil menang. 

Demikian juga pada 2018, sambung Firman, ada nama Sudrajat-Syaikhu yang popularitas dan elektabilitasnya juga relatif rendah,

Di akhir pemilihan, duet tersebut meraih secara suara signifikan hanya berbeda sekitar 4% dari pemenang waktu itu, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.

"Nah, salah satu kekuatannya memang adalah mesin partai, mesin partai PKS. Makanya sebetulnya menarik untuk melihat pertarungan sejauh ini di Jabar," ucap Firman.

Calon Tunggal di Pilkada 2024: Melawan Kotak Kosong

Firman juga menyoroti pasangan calon yang diusung oleh PKS dan NasDem, yakni Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie. Menurutnya, pasangan tersebut dapat memberikan kejutan di Pilgub Jabar.

"Memang yang menarik kan ini pasangan yang memadukan dua latar belakang. Ada Pak Ahmad Syaikhu yang bagaimanapun ini latar belakangnya adalah figur Muslim, terutama PKS itu kan kekuatannya pemilih-pemilih Muslim perkotaan. Nah, dipasangkan dengan Pak Ilham Habibie yang lebih dilihat tentu sebagai figur nasionalis, termasuk juga karena diusungkan lewat Partai NasDem, partai nasionalis," ujar Firman.

Firman mengatakan eksperimentasi yang memasangkan dua pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang punya latar belakang berbeda menarik untuk dicermati ke depannya pengaruhnya seperti apa terhadap referensi pemilih. 

"Selain Pak Ilham Habibie saya pikir punya potensi, dia kan figur berlatar belakang teknokrat. Kita tahu di 2018 itu juga warga Jabar memilih Kang Ridwan Kamil itu salah satunya karena pertimbangan latar belakang Ridwan Kamil yang seorang teknokrat," terangnya.

Firman mengakui potensi penggabungan figur nasionalis, religius, dan teknokratis memiliki potensi untuk mempengaruhi referensi pemilih di Jabar.

"Apakah penggabungan figur itu juga bisa memberikan pengaruh? Ya tentu saya katakan tadi kita lihat itu akan diuji ke depan seperti apa," pungkasnya.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//