6 Strategi Investasi Terbaik dalam Kondisi Geopolitik

Ilustrasi. (Dokumen BNI Sekuritas)

FAKTA.COM, Jakarta - Investor dan calon investor perlu menekankan pentingnya pembelajaran dalam menghadapi dampak dari kondisi gopolitik. Salah satu yang perlu diketahui, tindakan politik, perubahan regulasi, sengketa perdagangan, dan ketegangan antarnegara dapat menciptakan ketidakstabilan di pasar keuangan.

Seperti yang disampaikan SEVP Retail Markets & Technology BNI Sekuritas, Teddy Wishadi, Jumat (28/6/2024). Teddy mengatakan, pembelajaran dari krisis ekonomi masa lalu menjadi modal berharga bagi investor.

Sebut saja krisis ekonomi di Asia pada tahun 1997 hingga 1998 yang berdampak luas, termasuk di Indonesia. Kemudian krisis ekonomi Argentina tahun 2024 yang menyebabkan peningkatan pengangguran, penurunan daya beli, dan meningkatnya ketidakpastian sosial pada negara tersebut.

Jumlah Investor Saham Capai 5,7 Juta SID, BEI Ingatkan Soal Pemahaman Investasi

Dari beberapa kejadian itu, Teddy menerangkan, perubahan geopolitik tiba-tiba dapat merusak stabilitas pasar keuangan, memicu inflasi signifikan, dan gejolak sosial. "Oleh karena itu, pemahaman akan sejarah dan kesiapan untuk menghadapi potensi krisis serupa diperlukan oleh investor dan calon investor," ujar Teddy.

Teddy pun telah menyiapkan enam tip yang dapat membantu investor mengelola investasi, apabila krisis ekonomi terjadi. Simak ulasan berikut ini.

Diversifikasi Portofolio Investasi. Teddy menyampaikan, salah satu kunci utama dalam menghadapi krisis adalah diversifikasi. Saat krisis ekonomi ataupun tidak, investor sebaiknya menaruh investasi di berbagai instrumen saham dan di berbagai industri.

"Diversifikasi diharapkan dapat mengatasi kerugian yang terjadi apabila salah satu instrumen atau industri tidak dalam performa terbaiknya. Diversifikasi membantu mengurangi risiko karena tidak semua aset akan terpengaruh secara negatif pada saat yang sama," tutur dia.

Ragam Pilihan Investasi saat Rupiah Terdepresiasi

Fokus pada Investasi Jangka Panjang. Saat terjadi krisis ekonomi, Teddy menilai, kemungkinan besar beberapa sektor industri akan turun nilai sahamnya.

Dalam kondisi ini, Teddy menyarankan investor untuk tidak segera panik dan terkena godaan untuk menjual aset. "Pasalnya, pasar akan pulih seiring waktu," kata Teddy menambahkan.

Dia pun menyontohkan setelah krisis ekonomi 1997-1998, pemulihan pasar saham di Indonesia berlangsung secara bertahap. Pada awal 2000-an, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang stabil.

Setelah itu, IHSG kembali mencapai level pra-krisis pada pertengahan dekade 2000-an dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Bahkan, pada 2007, IHSG mencapai rekor tertinggi baru yang melampaui level sebelum krisis.

Pertimbangkan Investasi dalam Aset Defensif. Saat krisis, kata Teddy, beberapa sektor seperti kebutuhan pokok, kesehatan, dan utilitas cenderung lebih stabil dibandingkan sektor lain. "Investasi dalam aset defensif ini bisa memberikan perlindungan tambahan terhadap volatilitas pasar," ujarnya.

Di sini, Teddy menyarankan agar investor dapat mempertimbangkan obligasi pemerintah yang juga dianggap sebagai safe haven selama periode ketidakpastian ekonomi.

Siapkan Dana Darurat. Tak kalah penting, investor disarankan untuk mempersiapkan dana darurat yang bersifat likuid seperti contoh uang tunai. Hal ini berguna untuk berjaga-jaga apabila krisis terjadi.

Mengenal SBN, Salah Satu Instrumen Investasi untuk Penempatan Iuran Tapera

Melalui cara itu, Teddy berpendapat, dana tersebut dapat menjadi bantalan finansial jika terjadi penurunan pendapatan atau kehilangan pekerjaan. "Sehingga, investor tidak harus secara gegabah menjual aset investasi di saat nilai mereka sedang rendah," ucap dia.

Manfaatkan Kesempatan dalam Krisis. Selain bersiap untuk mempertahankan nilai investasi yang dimiliki, pada saat krisis investor juga memiliki peluang investasi yang mungkin tidak selalu muncul pada waktu normal.

Misalnya, aset berkualitas yang dijual dengan harga lebih rendah daripada biasanya. Investor dapat menggunakan dana darurat untuk mempertimbangkan membeli aset yang undervalued. Namun, jangan terburu-buru memutuskan.

"Namun pastikan untuk melakukan riset menyeluruh dan konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan," kata Teddy.

Tetap Terinformasi dan Beradaptasi. Untuk yang satu ini, informasi adalah kunci dalam menghadapi krisis.

"Tetaplah mengikuti perkembangan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi pasar. Tinjau kinerja keuangan, prospek bisnis, manajemen, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi nilai saham," kata Teddy menambahkan.

Soal informasi tersebut, beberaps sumber bisa didapat dari situs web perusahaan, liputan media, atau rekomendasi tim riset.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, Teddy pun menilai, investor diharapkan dapat lebih siap menghadapi ketidakpastian dan melindungi investasinya dari dampak krisis ekonomi.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//