Krisis Air Jadi Ancaman Serius

Ilustrasi kekeringan. (Ilustrasi Pixabay)

FAKTA.COM, Jakarta – Krisis air menjadi ancaman serius bagi dunia, termasuk Indonesia. Jika tidak dimitigasi, ini bisa berdampak lebih buruk lagi, yaitu memicu krisis pangan.

Dilansir dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Selasa (17/10/2023), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, memproyeksikan daerah kekeringan atau hotspot air akan bermunculan di banyak negara beberapa tahun ke depan. Proyeksi ini berdasarkan data World Meteorological Organization (WMO) yang dikumpulkan dari pengamatan di 193 negara.

Musim Kemarau Kering Akibatkan Air Tanah Menipis

“Artinya, akan banyak tempat yang mengalami kekeringan,” kata Dwikorita dalam webinar “Kolaborasi Global Antisipasi Krisis Air Dampak Perubahan Iklim”.

Kekeringan ini, lanjut Dwikorita, bisa terjadi di mana pun, baik negara maju maupun berkembang. “Baik Amerika, Afrika, dan negara lainnya sama saja (terdampak),” kata dia.

Data analisis peta global menunjukkan debit rata-rata air sungai pada 2022 yang normal, hanya 38%. Sementara itu, debit air sungai yang keluar ke laut, jauh di bawah normal. Ini berarti daerah tersebut mengalami kekeringan.

Bagaimana dengan Indonesia? Dwikorita mengatakan, saat ini, hotspot air belum terdeteksi di Indonesia. Akan tetapi, ini tidak berarti kekeringan skala lokal tidak terjadi. Jika tidak dimitigasi dengan baik, Indonesia diproyeksikan akan terjadi perubahan iklim dan krisis pangan pada 2045-2050.

Dwikorita menambahkan, Food and Agriculture (FAO) sudah memproyeksikan pada tahun itu, krisis pangan akan menimpa hampir seluruh negara di dunia. Disebutkan juga ada 500 juta petani kecil yang memproduksi 80% sumber pangan dunia, yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

El Nino, Kerawanan Pangan dan Jaminan Pemerintah Bagi Kelompok Rentan

Di sisi lain, kata dia, ada daerah di dunia yang debit air sungai mengalami surplus sehingga sering terjadi kebanjiran. Ini membuktikan perubahan iklim akan semakin buruk jika tidak dimitigasi bersama.

“Cuaca ekstrem, iklim ekstrem, dan kejadian terkait air lainnya telah menyebabkan 11.778 kejadian bencana dalam kurun waktu 1970-2021,” kata Dwikorita.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//