500 Ribu Hektare Lahan di Papua Selatan Siap Digerus oleh Satgas Gula dan Bioethanol

Oleh Sandy Indra Pratama - fakta.com
25 April 2024 19:01 WIB
ilustrasi kerusakan hutan. (PIXnio)

FAKTA.COM, Jakarta - Pemerintah serius membangkitkan kembali mimpi investasi perkebunan tebu terintegrasi dengan industri gula, bioetanol, dan pembangkit listrik biomasa, di Papua Selatan. Tepatnya di Merauke.

Keseriusan rencana yang sudah digagas dulu dan sempat gagal ini, ditandai dengan dibentuknya Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol yang dikepalai Bahlil Lahadalia.

Dalam strukturnya, Presiden Jokowi menugaskan Bahlil Lahadalia Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Wakil Ketua Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya serta Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Agus Harimurti Yudhoyono.

Bukti keseriusan lain, terekam pada laman resmi Kementerian Pertanian. Kepada publik Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan ihwal rencana besar pembukaan investasi perkebunan tebu di Merauke.

"Hari ini kita berada di kawasan proyek strategis nasional untuk tebu, rencana kita bangun 500 ribu hektare dan ini nanti yang bisa mengurangi import white sugar, raw sugar, dan seterusnya," ujar Mentan di Distrik Tanah Miring, Papua Selatan, pekan lalu.

Jokowi Tunjuk Bahlil Ketuai Satgas Swasembada Gula dan Bioetanol di Merauke

Menteri Amran kemudian menyatakan penugasan dan pengawalan proyek gula nasional merupakan perintah langsung dari Presiden Joko Widodo.

Lantas lahan mana yang akan digunakan?

Amran kepada media di Bina Graha KSP, akhir tahun lalu mengatakan pembangunan itu akan dilakukan di kawasan yang merupakan lokasi lumbung pangan (food estate) yang sempat gagal digarap oleh pemerintah.

Lebih lanjut, Amran menjelaskan rencananya kebun tebu dan pabrik gula juga bioethanol tersebut akan dibangun pada 2024 dengan mengandalkan dana dari swasta. Dia mengatakan, kebutuhan biaya yang besar mencapai Rp2,5 triliun hingga Rp3 triliun mendorong pemerintah untuk menggaet kontribusi dari swasta.

Dari penelusuran informasi Fakta.com, sejauh ini ada beberapa koroporasi besar yang sejak lama berminat dan bahkan sebagian sudah melakukan studi kepalayan atas rencana proyek strategis nasional ini. Pernah disebutkan oleh banyak pemberitaan bahwa Wilmar Group dari Malaysia, Murdaya Po, Medco, Rajawali Nusantara indonesia (RNI) dan Sinarmas.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//