Sinyal Kuat Fed Fund Rate Naik, BI Kudu Piye?

Dewan Gubernur Bank Indonesia. (Dokumentasi BI)

FAKTA.COM, Jakarta - Tanda-tanda bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) untuk kembali menaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) semakin kuat. Hal ini setidaknya diyakini oleh Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri.

Dalam pandangannya, The Fed bakal sekali lagi mengerek FFR di sisa tahun berjalan. Artinya, sambung Chatib, FFR mungkin akan sama dengan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) jika melakukan adjustment sebesar 25 basis points (bps).

Sebagai informasi, interest rate AS kini dipatok sebesar 5,5%. Sementara bank sentral RI masih tetap di angka 5,75%.

“Dengan kondisi tersebut ada risiko outflow dari Indonesia. Ini menjelaskan mengapa melemah beberapa waktu terakhir,” ujarnya dikutip Selasa, (10/10/2023).

The impossible trinity (pendekatan ekonomi yang disampaikan Chatib) mengajarkan bahwa jika BI ingin memiliki bersikap independen dalam kebijakan moneter, maka nilai tukar bergerak mengikuti pasar dan modal bergerak bebas.

“BI tidak mungkin sepenuhnya mengadopsi floating exchange rate (karena akan memicu) depresiasi yang terlalu tajam sehingga dapat membuat exchange rate overshoot, serta ada trauma krisis 1998,” tutur dia.

Bank Indonesia Lebih Kalem Tetapkan Tingkat Bunga Acuan

Sebaliknya, Bank Indonesia juga tidak bisa menaikkan interest rate tinggi sekali karena akan menahan atau bahkan memukul momentum pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang mati-matian dijaga pemerintah.

Dilema itu kemudian menghadirkan opsi untuk menaikkan bunga mengikuti FFR agar menjaga paritas bunga dipasaran. Cara lainnya adalah intervensi di Foreign Exchange (FX) market.

“Atau bisa juga kombinasi keduanya. Dugaan saya saat ini yang dilakukan (BI) adalah intervensi FX market,” tegasnya.

Chatib menjabarkan, intervensi FX market dilakukan dengan menambah supply dollar dan menyerap rupiah. Akibatnya, likuiditas rupiah menjadi lebih ketat. Disaat yang sama, terjadi surplus di keuangan negara (fiskal) yang membuat likuiditas lebih terbatas.

“Maka kita mungkin akan melihat perlambatan ekonomi di kuartal keempat. Bila pelemahan rupiah terus berlangsung maka BI mungkin akan menjalankan kembali policy mix: intervensi di FX market untuk menjaga volatility (not pegging the level), menaikkan suku bunga acuan, dan menjalankan pendekatan makroprudensial,” jelas Chatib Basri.

Cara Bank Jaga Yield SBN di Tengah Kenaikan Suku Bunga

Asal tahu saja, Terakhir kali Bank Indonesia menaikan suku bunga terjadi pada Januari 2023 sebesar 25 bps dari 5,50% menjadi 5,75%. Setelah itu, otoritas moneter tidak melakukan penyesuaian mengingat laju inflasi yang semakin terjaga.

Malahan, bank sentral sebenarnya memiliki ruang lebih untuk menurunkan interest rate karena inflasi IHK sudah jauh turun ke level 2,28% year on year (yoy) pada September 2023. Torehan ini telah mencukupi target inflasi yang dibidik sebesar 3% plus minus 1%.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//