Risiko Global Masih Eskalatif, Indonesia Optimalkan Peran APBN

Ilustrasi (Foto: Fakta.com)

FAKTA.COM, Jakarta - Pemerintah masih terus mengoptimalkan peran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Terutama, dalam mengantisipasi kondisi global yang masih ekskalatif.

Pernyataan yang disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu itu mengacu pada kinerja neraca perdagangan yang masih surplus. Menurut Febrio, catatan itu mencerminkan ketahanan eksternal Indonesia yang masih terjaga di tengah peningkatan risiko global.

“Peran APBN akan dioptimalkan untuk menyerap gejolak yang terjadi, sehingga meminimalisir dampaknya ke ekonomi nasional,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (18/12/2023).

Menurut Febrio, perlambatan permintaan global yang mempengaruhi aktivitas perdagangan sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga dihadapi oleh negara mitra dagang, seperti China dan Amerika Serikat. Disebutkan bahwa dua penting ekonomi dunia itu mencatatkan kontraksi pada aktivitas ekspor dan impor. 

“Pada level regional, kontraksi ekspor dan impor juga terjadi di Malaysia dan Singapura,” katanya.

Defisit APBN Tak Sampai 1 Persen, Pembiayaan Anggaran Turun Signifikan

Febrio menjelaskan, beberapa kebijakan pemerintah seperti keberlanjutan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), peningkatan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi negara mitra dagang utama.

“Kita berharap upaya ini mampu tetap menjaga kinerja positif ekspor Indonesia di tengah aktivitas global yang masih menantang,” kata dia menegaskan.

Seperti yang diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 tercatat surplus US$2,41 miliar, sehingga menambah catatan surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 43 bulan berturut-turut. Alhasil, secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia selama Januari sampai dengan November 2023 surplus US$33,63 miliar.

Surplus neraca dagang itu merupakan hasil ekspor Indonesia pada bulan lalu sebesar US$22,00 miliar, menurun sebesar 0,67% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) dan terkontraksi 8,56% dibandingkan bulan November 2022 (year on year/yoy). 

Defisit APBN Kian Membesar

Sementara secara kumulatif Januari hingga November, ekspor tercatat sebesar US$236,41 miliar. Meskipun demikian, jika dilihat secara volume, ekspor Indonesia pada bulan November masih tumbuh sebesar 6,5% (yoy) atau 7,2% (year to date/ytd) secara kumulatif. 

Di sisi lain, Impor Indonesia di bulan November 2023 tercatat sebesar US$19,59 miliar, naik 4,89% secara bulanan (mtm) dan 3,29% secara tahunan (yoy).

“Peningkatan impor didorong oleh impor barang modal dan konsumsi. Secara kumulatif, impor Indonesia pada periode Januari sampai dengan November 2023 mencapai US$202,78 miliar,” ucap Ferbrio.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//