Meski Ekspansif, PMI Manufaktur Terendah Sejak November 2022

Ilustrasi. (Kemenperin)

FAKTA.COM, Jakarta - Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia mulai melambat jelang tengah tahun. Per Mei, data yang dirilis S&P Global ini berada pada level 50,3.

Mengacu pada bulan sebelumnya, PMI Manufaktur tersebut turun 2,4 dari 52,7 pada April 2023. Dengan begitu, PMI Manufaktur per Mei ini menjadi yang terendah sejak November 2022 pada level 50,2.

PMI Manufaktur adalah indikator ekonomi yang diperoleh dari survei bulanan perusahaan sektor swasta. Angka yang muncul dalam PMI Manufaktur sendiri menunjukkan tingkat optimisme pelaku bisnis atas kondisi perekonomian ke depan.

Biasanya, jika PMI Manufaktur menunjukkan angka 50, maka sektor manufaktur dalam fase ekspansi. Sebaliknya jika di bawah angka 50, sektor manufaktur sedang mengalami perlambatan.

PMI Manufaktur Mei 2022-Mei 2023
   
Bulan/Tahun Level
Mei 2022 50,8
Juni 2022 50,2
Juli 2022 51,3
Agustus 2022 51,7
September 2022 53,7
Oktober 2022 51,8
November 2022 50,3
Desember 2022 50,9
Januari 2023 51,3
Februari 2023 51,2
Maret 2023 51,9
April 2023 52,7
Mei 2023 50,3

Sumber: Kemenperin

Mengenai PMI Manufaktur per Mei 2023, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan mengatakan, pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia melambat pada pertengahan menuju triwulan kedua. Hal ini karena terjadinya penurunan permintaan baru karena kondisi ekonomi domestik dan global yang lebih lemah.

"Sangat penting untuk memonitor seberapa tangguh penurunan permintaan terkini, karena hal ini akan memengaruhi perkiraan pertumbuhan jangka pendek," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Perindustrian, Senin (5/6/2023).

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita tak menampik adanya perlambatan laju PMI Manufaktur dibanding bulan sebelumnya. Namun dia tetap bersyukur kondisi industri manufaktur tetap berada di level ekspansi selama 21 bulan berturut-turut.  

"Kondisi permintaan baru dan lapangan kerja masih cukup baik," kata Agus.

Agus juga mengungkapkan, PMI Manufaktur Indonesia masih lebih baik ketimbang beberapa negara. Misalnya Malaysia (47,8), Taiwan (44,3), Vietnam (45,3), Korea Selatan (48,4), Inggris (47,1), Belanda (44,2), Jerman (43,2), Prancis (45,7), dan Amerika Serikat (48,4). 

"Bahkan juga di atas PMI manufaktur Dunia (49,6) dan Zona Eropa (44,8)," kata Agus menambahkan.

Guna mengembalikan kinerja industri manufaktur nasional, Agus menegaskan, pihaknya fokus untuk menjalankan kebijakan pengoptimalan terhadap produk lokal melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). "Belanja kementerian/lembaga dan pemerintah daerah akan terus dipantau terutama yang memiliki anggaran belanja besar selama ini," tutur dia.

Adapun realisasi belanja produk dalam negeri oleh kementerian/lembaga, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMN pada tahun 2022 mencapai Rp762 triliun. Sementara itu, target tahun ini sebesar Rp1.100 triliun.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//