Menkeu Era SBY Optimistis Harga BBM Tak Naik Jelang Pemilu

Ilustrasi. (Dokumen Pexels)

FAKTA.COM, Jakarta -  Pemerintah mendapatkan manfaat positif dari surplus APBN yang saat ini masih berlangsung. Kondisi tersebut membuat ruang gerak fiskal menjadi lebih luas untuk menjalankan berbagai program strategis yang memberi manfaat bagi rakyat.

Pernyataan itu disampaikan mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri dalam sebuah sesi diskusi di Jakarta, Selasa (24/10/2023). Salah satu yang menjadi perhatian Chatib adalah bagaimana melindungi masyarakat dari kenaikan harga BBM bersubsidi seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia.

“Fiskal kita itu pro-cyclical terhadap harga minyak. Saat harga komoditasnya naik, disaat yang bersamaan subsidi BBM-nya juga ikut mengalami peningkatan,” ujar Chatib.

Ada Potensi Harga Minyak Naik, Subsidi BBM Kita Aman?

Mantan menkeu era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini juga menjelaskan, upaya pemerintah mengoptimalkan APBN sebagai peredam guncangan atau shock absorber sangat penting untuk menjaga momentum pelandaian inflasi. Terlebih, ada potensi lonjakan harga pangan, khususnya beras, pasca El Nino yang membawa musim kemarau berkepanjangan.

“Kecuali pemerintah mau menaikan harga BBM (bersubsidi). Which is less likely (yang kecil kemungkinan) ini beberapa bulan sebelum pemilu. Jadi yang harus dilakukan, (beban) itu akan di-absorb oleh APBN. Sementara sampai Agustus kemarin APBN kita masih surplus, jadi ruang itu (untuk menahan lonjakan harga minyak) masih ada,” tuturnya.

Sebagai informasi, laporan Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa sampai dengan Agustus 2023 APBN masih membukukan surplus sebesar Rp147,2 triliun. Angka ini tumbuh 36,5% secara year on year (yoy).

Adapun, surplus ini terbentuk dari pendapatan negara yang lebih besar Rp1.821,9 triliun berbanding belanja yang senilai Rp1.674,7 triliun.

Riset IMF: Setiap Harga Minyak Naik 10%, Ekonomi Tergerus 0,15%

Untuk diketahui, kenaikan harga BBM bersubsidi terakhir kali terjadi pada September 2022. Kala itu, instrumen fiskal diklaim sudah tidak bisa menahan tekanan harga minyak meski kinerja APBN tengah moncer. Penyesuaian bandrol energi tersebut juga sejalan dengan upaya penyehatan keuangan negara di tahun terakhir pelebaran defisit.

Pemberitaan Fakta sebelumnya mencatat, anggaran subsidi energi (BBM, listrik, dan elpiji 3 kg) tahun ini adalah sebesar Rp212 triliun. 

Sementara, realisasi subsidi BBM sampai dengan Agustus 2023 adalah sebesar Rp61,4 triliun untuk 10.224,5 ribu kilo liter. Kemudian sarapan subsidi listrik tercatat sebesar Rp54 triliun bagi 39,3 juta pelanggan. 

Lalu, subsidi elpiji 3 kg sudah disalurkan sebesar Rp41,5 triliun setara 4,7 juta metrik ton. Jika merujuk data ini maka hingga bulan kedelapan subsidi energi sudah mencapai Rp156,9 triliun.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//