Kenaikan Bunga Acuan dan Munculnya Fenomena Cash is the King

Oleh Andry Winanto - fakta.com
24 Oktober 2023 17:18 WIB
Ilustrasi. (Dokumen Pixabay)

FAKTA.COM, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa faktor utama peningkatan suku bunga acuan menjadi 6,00% di Oktober 2023 merupakan bentuk respon dari dinamika eksternal.

Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter BI, Firman Mochtar mengatakan situasi yang berkembang dalam dua hingga tiga pekan terakhir menuntut bank sentral harus mengambil langkah strategis.

“Ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam pandangan Bank Indonesia,” ujarnya dalam BNI Summit 2023 di Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Pertama, ucap Firman, adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat yang diikuti oleh ketidakpastian yang berlanjut. Dia mengungkapkan jika divergensi yang nantinya hadir bakal semakin melebar.

“Amerika yang tadinya diperkirakan melandai ekonominya tapi malah meningkat. Sementera China, yang kita lihat akan naik setelah mereka melepaskan restriksinya, malah terus akan menurun,” tuturnya.

Suku Bunga Tinggi, BI Masih Optimistis Stabilitas Sistem Keuangan Kondusif

Kedua, adalah eskalasi geopolitik yang semakin meningkat dengan kasus terakhir di Timur Tengah antara Hamas dengan Israel. Kondisi itu pada gilirannya mendorong harga energi dan pangan ke level atas.

“Ketiga adalah bagaimana stance kebijakan moneter negara maju yang setidaknya masih tinggi sampai dengan semester I 2024,” katanya.

Empat, defisit fiskal Amerika Serikat yang masih tinggi membuat negara itu membutuhkan lebih banyak penerbitan surat utang dan berimplikasi pada terkereknya US treasury.

“Faktor-faktor ini memicu risk apatite investor yang mulai mengalihkan dananya. Ini bukan cuma ke tujuan tax heaven seperti di kawasan Amerika tetapi juga bentuk asetnya berubah ke yang lebih likuid, cash is the king lalu menjadi muncul,” tegas dia.

Firman menambahkan, kompleksitas tersebut kemudian menjadi alasan utama penguatan dolar terhadap mata uang negara-negara dunia. Dia menyampaikan pula jika BI terus memantau pergerakan transaksi berjalan (current account) di tengah fluktuasi harga komoditas saat ini.

Selain itu, terdapat indikasi adanya re-adjustment dari portofolio global yang berpotensi terhadap aliran dana.

“Faktor inilah yang kami ingin mitigasi dengan segera jangan sampai terus berlanjut karena kondisinya akan panjang, termasuk diferensiasi yield yang melebar. Sehingga, bisa tetap menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini dan tahun depan,” jelasnya.

Bunga Acuan Naik, Laju Kredit Sulit Tumbuh Double Digit

“Bank Indonesia juga tetap berkomitmen untuk menjaga inflasi, terutama imported inflation dari sisi bahan pangan seperti beras. Kami berkeyakinan inflasi 2023 akan di bawah 3% dan tahun 2024 dalam sasaran 2,5% plus minus 1%,”

Redaksi mencatat, pada tengah bulan ini Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,00%. Keputusan itu mengakhiri rekor sembilan bulan BI rate tidak pernah naik setelah sebelumnya penyesuaian terakhir terjadi pada Januari 2023.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//