Kemungkinan 2:1, Harga BBM Subsidi Bakalan Naik?

FAKTA.COM, Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberikan informasi terbaru terkait dengan arah subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke depan. Hal itu diterangkan oleh Dirjen Anggaran Kemenkeu, Isa Rachmatarwata dalam konferensi pers APBN tengah pekan ini.

Menurut dia, perkembangan harga minyak saat ini masih lebih rendah dari asumsi harga minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) yang telah ditetapkan dalam APBN 2023.

“Sampai dengan September (year to date/ytd), ICP rata-ratanya masih US$77,7 per barel. Ini di bawah dari asumsi yang kita pakai di APBN 2023 yang sebesar US$90 per barel. Jadi kalau pergerakkannya tidak terlalu tinggi mudah-mudahan masih bisa dari yang kita anggarkan,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta pada tengah pekan ini.

Meski demikian, Isa menjelaskan jika fokus perhatian kini diarahkan ke pola konsumsi BBM. Pasalnya, pola konsumsi juga menjadi bagian penting dari perhitungan anggaran subsidi tersebut.

“Kalau kita tidak mengendalikan konsumsi ini memang akan berada di atasnya (anggaran subsidi),” tegas dia.

Isa menambahkan, satu hal lain yang turut mempengaruhi adalah soal pergerakan nilai tukar rupiah. Variabel ini turut menentukan mengingat pengadaan bahan bakar didatangkan dari pasar internasional.

“Memang untuk dolarnya akan lebih tinggi dari Rp14.800 seperti yang kita pakai dalam acuan APBN. Mungkin dari situ dampaknya akan ada, tapi mudah-mudahan tidak terlalu besar. Jadi mungkin kenaikan subsidi itu karena kurs dan konsumsi kita,” jelas dia.

Fakta mencatat, anggaran subsidi/kompensasi energi (BBM, listrik, dan elpiji 3 kg) tahun ini adalah sebesar Rp212 triliun. Adapun, realisasi subsidi BBM sampai dengan September 2023 adalah sebesar Rp95,4 triliun.

Kemudian untuk subsidi listrik Rp77,9 triliun dan subsidi elpiji 3 kg adalah sebesar Rp46,5 triliun.