BI Lega, Potensi Kenaikan Bunga Acuan The Fed Tinggal 10 Persen
FAKTA.COM, Jakarta - Penetapan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) memerlukan beberapa adjustment, seperti yang berasal dari faktor global. Salah satunya tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat, yaitu The Federal Reserve (The Fed).
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, penguatan dolar indeks sempat mencapai level 107 dan membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah berlanjut di tengah ketidakpastian pasar keuangan dunia.
“Dari global ini susah diukur, maka BI melakukan pendekatan pre-emptive saja dengan melakukan intervensi ke pasar dan melakukan peningkatan suku bunga,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (23/11/2023).
Gubernur BI Bicara Peluang Kenaikan Bunga AcuanPerry menjelaskan, pihaknya juga mendapati adanya peluang The Fed untuk melanjutkan tren peningkatan suku bunga acuan (Fed Fund Rate).
“Ada probabilitas Fed Fund Rate naik pada Desember 2023. Tapi FOMC (Federal Open Market Committee/Komite Pasar Terbuka Federal ) turun menjadi sekarang 10% dari sebelumnya 40%. Ini kemungkinannya (naik) masih ada, tapi peluangnya rendah,” kata dia menegaskan.
Sehingga, sambung Perry, dengan keputusan Bank Indonesia menaikan suku bunga 25 basis poin pada bulan Oktober menjadi 6% sudah tepat untuk mengelola risiko beberapa waktu ke depan.
“Makanya kata-kata suku bunga 6% ini konsisten secara forward looking secara pre-emptive memastikan inflasi tidak lebih dari 3,2%,” ucapnya.
Sah, BI Pertahankan Bunga Acuan di Level 6 PersenDalam kesempatan itu Perry juga menyatakan bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia pada November 2023 tetap 6% sebagai upaya lanjutan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Komentar (0)
Login to comment on this news