UNHCR: Jumlah Pengungsi Dunia Capai 120 juta

UNHCR berkunjung ke pengungsian para pengungsi Sudan. (Dok. UNHCR)


FAKTA.COM, Jakarta - Satu dari setiap 69 orang, atau 1,5 persen dari seluruh populasi dunia, sekarang mengungsi secara paksa. Jumlah ini hampir dua kali lipat satu dekade lalu. Pada satu dekade lalu, 1 dari 125 orang terpaksa harus mengungsi.

Untuk meningkatkan kesadaran tentang situasi pengungsi di seluruh dunia, PBB menetapkan tanggal 20 Juni setiap tahun sebagai Hari Pengungsi Sedunia.

Laporan Tren Global 2024 menyebutkan, pada akhir tahun 2023, diperkirakan 117,3 juta orang di seluruh dunia mengungsi secara paksa akibat penganiayaan, konflik, kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia, dan peristiwa yang sangat mengganggu ketertiban umum. 

Berdasarkan data operasional, Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) memperkirakan bahwa pengungsian paksa terus meningkat dalam empat bulan pertama tahun 2024 dan pada akhir April 2024 kemungkinan telah melampaui 120 juta.

Peningkatan menjadi 117,3 juta pada akhir tahun 2023 merupakan peningkatan sebesar 8 persen atau 8,8 juta orang dibandingkan dengan akhir tahun 2022. Ini melanjutkan serangkaian peningkatan dari tahun ke tahun selama 12 tahun terakhir.

“Di balik angka-angka yang mencengangkan dan terus meningkat ini, terdapat banyak tragedi kemanusiaan. Penderitaan itu harus menggerakkan masyarakat internasional untuk bertindak segera guna mengatasi akar penyebab pengungsian paksa.” ujar Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, dikutip dari laman resminya, Kamis (20/6/2024).

Konflik baru dan yang sedang berlangsung telah mendorong pengungsian paksa di seluruh dunia. Konflik di Sudan pecah pada bulan April 2023, yang menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan dan pengungsian terbesar di dunia. Lebih dari 6 juta orang mengungsi di dalam negeri, dengan 1,2 juta lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga.

Di Myanmar, meningkatnya kekerasan setelah pengambilalihan militer pada bulan Februari 2021 telah mengungsikan lebih dari 1,3 juta orang di dalam negeri pada tahun 2023. Sementara di Negara Palestina, UNRWA memperkirakan bahwa antara bulan Oktober dan Desember 2023, hingga 1,7 juta orang (atau lebih dari 75 persen dari populasi) mengungsi akibat konflik di Jalur Gaza, dengan beberapa orang terpaksa mengungsi beberapa kali.

Pengungsian paksa merupakan konsekuensi dari kegagalan menegakkan perdamaian dan keamanan. Seiring dengan meningkatnya frekuensi, durasi, dan intensitas konflik, meningkatnya kematian dan juga jumlah orang yang terpaksa mengungsi setiap tahun.

Jumlah pengungsi global meningkat 7 persen hingga mencapai 43,4 juta jiwa selama tahun ini. Jumlah ini mencakup 31,6 juta pengungsi dan orang-orang yang berada dalam situasi seperti pengungsi dan 5,8 juta orang lainnya yang membutuhkan perlindungan internasional berdasarkan mandat UNHCR, serta 6 juta pengungsi Palestina berdasarkan mandat UNRWA. 

"Dibandingkan dengan satu dekade lalu, jumlah total pengungsi secara global telah meningkat lebih dari tiga kali lipat," kutip laporan tersebut.

Proporsi pengungsi terbesar secara global berasal dari Afghanistan dan Suriah, masing-masing berjumlah 6,4 juta jiwa, dan bersama-sama setara dengan sepertiga dari semua pengungsi berdasarkan mandat UNHCR. Diikuti oleh Venezuela (6,1 juta pengungsi dan orang-orang lainnya yang membutuhkan perlindungan internasional) dan Ukraina (6,0 juta pengungsi).

Sebagian besar pengungsi tetap berada di dekat negara asal mereka, dengan 69 persen ditampung di negara-negara tetangga pada akhir tahun 2023. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah terus menampung sebagian besar pengungsi dunia, dengan 75 persen pengungsi tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Pengungsi internal (internally displaced people/IDP)

Kebanyakan orang yang terpaksa mengungsi tidak pernah melintasi perbatasan internasional, dan tetap mengungsi di negara mereka sendiri. Dikenal sebagai pengungsi internal, atau IDP, mereka mencakup 58 persen dari semua pengungsi paksa.

Pada akhir tahun 2023, 68,3 juta orang masih mengungsi secara internal akibat konflik dan kekerasan. Diperkirakan 9,1 juta orang mengungsi di Sudan, populasi pengungsi internal terbesar yang pernah dilaporkan. Disusul oleh Suriah (7,2 juta), dan Republik Demokratik Kongo (6,7 juta).

Apa Solusinya?

Pada tahun 2023, hampir 1,1 juta pengungsi dari 39 negara memutuskan untuk pulang dari total 93 negara suaka. Empat dari lima orang yang pulang adalah warga Ukraina atau Sudan Selatan. Namun, menurut UNHCR, karena sebagian besar pemulangan terjadi dalam konteks yang tidak sepenuhnya mendukung pemulangan dengan aman dan bermartabat, pemulangan tersebut mungkin tidak berkelanjutan.

Selain itu, 5,1 juta orang yang mengungsi di negara mereka sendiri kembali ke tempat asal mereka selama tahun tersebut. Hampir 62 persen dari semua pemulangan IDP berada di Republik Demokratik Kongo (1,8 juta) dan Ukraina (1,3 juta).

Menurut data resmi pemerintah, 158.700 pengungsi dimukimkan kembali ke negara ketiga pada tahun 2023, yang mewakili 35 persen lebih banyak (40.000) dibandingkan tahun sebelumnya. 

Meskipun jumlahnya meningkat, jumlah ini hanya mencakup 8 persen dari sekitar 2 juta orang di seluruh dunia yang diidentifikasi oleh UNHCR sebagai orang yang membutuhkan pemukiman kembali. Sebanyak 30.800 pengungsi memperoleh kewarganegaraan negara tuan rumah mereka selama tahun itu dan terintegrasi secara lokal.

.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//