Awas Ada Intel

Menteri Koordinator Bidang Plitik, Hukum dan HAM Mahfud MD (Foto: Shutterstock)

FAKTA.COM, JAKARTA - Polemik pesantren Al-Zaytun terus bergulir. Dugaan sesat ajaran, penistaan agama Islam hingga kemungkinan dana haram sang pemilik Al-Zaytun Panji Gumilang terus ditelusuri. Namun, dari semua itu, kabar terbaru bahwa AL-Zaytun merupakan representasi anyar dari Negara Islam Indonesia (NII), yang dilarang keberadaannya sejak didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Tasikmalaya pada 1949.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Mahfud MD bahkan menyebut jika Pondok Pesantren Al-Zaytun adalah bentuk terkini dari NII yang tumbuh dari hasil operasi intelijen dalam memecah sisa-sisa gerakan Darul Islam, sebutan lain NII.

Mahfud menerangkan, di awal masa kemerdekaan Indonesia, dengan begitu banyaknya pejuang muslim yang turut serta merebut kemerdekaan merasa terpinggirkan lantaran tidak tertampung dalam tata pengelolaan untuk membangun negara ini. Hal itu merupakan imbas warisan pemerintahan Hindia-Belanda yang diskriminatif, dengan memilah dan memilih kalangan Islam mana yang boleh ada di dalam pemerintahan.

"Mulai dari pejuang, anak muda dan tokoh Islam banyak yang tidak tertampung dalam tugas di pemerintahan negara baru. Lalu banyak kalangan Islam yang memutuskan kembali ke pesantren dan fokus dalam mendidik para santri, tapi ada juga yang marah karena mereka tidak tertampung," kata Mahfud MD dalam Halaqah Ulama Nasional di Pesantresn Sunan Drajat Lamongan, Rabu (12/7).

Kemarahan itu kemudian mencetuskan NII dengan Kartosoewirjo sebagai pimpinannya. Bahkan, hingga saat ini Mahfud meyakini masih ada ekor yang tertinggal, dan Panji Gumilang, ungkap Mahfud, dahulu berinduk pada NII dengan tetap melestarikan pemikiran Kartosoewirjo.

Penumpasan NII dilakukan di nyaris semua tempat yang menjadi kantung-kantung pertahanan mereka, termasuk melalui operasi intelijen hingga sekarang, dengan menggalang gerakan untuk melemahkan NII dan memecah mereka lewat mengadunya secara internal, NII vs NII.

"Nah, (NII) itu diketahui oleh pemerintah, sehingga pada awal tahun 1970-an, NII oleh pemerintah dipecah, diadu, yang satunya untuk melawan yang lain. Itu operasi yang dilakukan Ali Moertopo," ujar Mahfud. NII hasil operasi intelijen dan bentukan pemerintah saat itu salah satu wilayahnya adalah Komandemen, alias Al-Zaytun saat ini.

Soal BTS 4G, Mahfud MD: Rugi Jika Tidak Diteruskan

"Mengadu NII dengan NII itu kalau pakai salawatnya orang NU itu sama dengan Salawat Asyghil. Wa asyghilid zolimin bid zolimin. NII diadu dengan NII, maka NII akan hancur sendiri."

"Kemudian sesudah merasa nyaman dengan pemerintah, merasa aman, kemudian Panji gumilang ini memecahkan diri. menampilkan sosok Al Zaytun yang seperti sekarang. Di balik inilah latar belakang sejarahnya dan pengikut-pengikutnya itu masih banyak."

Namun apa yang terjadi saat ini, ungkap Mahfud, adalah seorang Panji mencoba untuk berpaling dari pemerintah dan mencoba memisahkan dari pemerintah dengan sosok Al-Zaytun yang baru, yang saat ini menjadi polemik. Dengan mencoba menampilkan sosok Al-Zaytun yang baru, pengikut-pengikutnya masih terbilang banyak dan bergerak secara bawah tanah.

Hingga saat ini, Panji Gumilang tetap membantah jika dirinya termasuk pesantren yang ia pimpin terafiliasi dengan NII besutan Kartosoewirjo. Ia menegaskan jika Al-Zaytun yang berdiri sejak 1999 adalah sebuah sentral pendidikan dan ekonomi mandiri dengan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian, dan tetap berjalan sejak 25 tahun lamanya hingga saat ini.

Namun, sekali lagi, 'Awas Ada Intel' Panji Gumilang.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//