Riset: Masyarakat Indonesia Lebih Suka Nonton Horor daripada Komedi

Oleh Arie Dwi Budiawati - fakta.com
19 Desember 2023 11:55 WIB
Kamu suka film horor, enggak? (Dokumen Freepik)

FAKTA.COM, Jakarta – Penelitian terbaru Lembaga Sensor Film (LSF) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih suka menonton film asing daripada film lokal. Genre yang lebih diminati pun film horor.

Dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Selasa (19/12/2023), Lembaga Sensor Film melakukan penelitian tentang Perfilman, Kriteria Penyensoran, dan Budaya Sensor Mandiri 2023.

LSF bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) dan melaksanakan penelitian di bioskop-bioskop di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Keempat kota ini dipilih karena jumlah penonton bioskop terbanyak dan akses tontonan melalui kanal digital lebih tinggi daripada kota-kota lainnya di Indonesia.

3 Permainan Pemanggil Roh yang Jadi Inspirasi Film Horor

Penelitian itu menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Ada 457 responden dengan klasifikasi umur 13 tahun, 17 tahun ke atas, dan 21 tahun ke atas. Penelitian itu menggunakan survei dengan instrument daftar pertanyaan dan pernyataan, wawancara, focus group discussion (FGD), dan diskusi pakar sebelum dan sesudah penelitian.

Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa 52% responden lebih suka film asing daripada film nasional (45%). Kemudian genre favorit adalah film horor (34%), komedi (28%), drama (24,73%), musikal (3%), dan lainnya (7%).

Penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa kini, masyarakat jarang nonton di televisi dan bioskop. Mereka cenderung suka menonton melalui kanal digital (89%) daripada di TV (8%), dan bioskop (1%).

Deretan Film Terlaris Sedunia pada 2023

Hasil penelitian itu juga memperlihatkan bahwa 53% responden pernah menonton film yang tidak sesuai usia dan 48% menonton sesuai umur. Untuk pengawasan tontonan, 40% responden membatasi waktu tontonan, 11% mengecek langsung, 10% membatasi akses, dan 38% tidak tahu.

Sebanyak 61% penonton menyatakan perlu perubahan tentang klasifikasi usia penonton Indonesia saat ini, terutama yang klasifikasi umur SU dan 17+.

Wakil Rektor III UHAMKA, Nani Solihati, mengatakan film sudah menjadi media hiburan dan media pendidikan. Film pun punya pengaruh besar dalam membentuk pola pikir masyarakat. Nani mengharapkan penelitian itu bisa bermanfaat untuk dunia perfilman.

“Sekaligus menjadi bahan literasi yang dapat dipublikasikan dalam bentuk jurnal nasional, internasional, maupun media publikasi lainnya,” kata dia.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//