Sri Mulyani Singgung Kondisi AS soal Penetapan Yield SBN dalam Asumsi Makro 2025

Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna ke-4 sidang 2024-2025, di DPR, Selasa (27/8/2024). (Tangkapan layar TV Parlemen)

FAKTA.COM, Jakarta - Dalam nota keuangan dan RAPBN 2025, pemerintah menetapkan asumsi yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sebesar 7,1%. Adapun angka tersebut dipertanyakan oleh beberapa fraksi DPR, yaitu PDIP, Golkar, Gerindra, PKS, dan PAN.

Dalam Rapat Paripurna DPR Bersama Pemerintah, Selasa (27/8/2024), Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan penjelasan terkait penetapan angka tersebut.

Menurutnya, kondisi Amerika Serikat saat ini masih mempengaruhi perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini tidak terkecuali soal surat berharganya.

“Kondisi Amerika Serikat dengan defisit anggaran yang sangat besar akan mendorong penerbitan surat berharga yang cukup besar. Ini berpotensi akan menahan yield US Treasury yang akan berimbas pada surat berharga negara berkembang, terutama Indonesia,” jelas Sri Mulyani.

“Risiko ketidakpastian yang tinggi perlu diwaspadai dan dicermati,” pungkas Sri Mulyani.

Ini Dia Rincian Asumsi Makro, APBN, hingga Indikator Pembangunan 2025

Dari pernyataan tersebut, secara implisit Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia perlu menetapkan yield SBN tetap kompetitif mengingat yield US Treasury masih akan dipertahankan.

Seperti diketahui, Juni lalu Congressional Budget Office (CBO) mengeluarkan proyeksi terbaru defisit anggaran Amerika Serikat, yaitu US$1,9 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar US$0,4 triliun atau 27% dari proyeksi sebelumnya di bulan Februari.

Berdasarkan rilis tersebut, proyeksi defisit anggaran Amerika Serikat (2025-2034) secara kumulatif adalah US$22,1 triliun atau meningkat 10% dari proyeksi sebelumnya di bulan Februari.

Koreksi atas proyeksi defisit Anggaran Amerika Serikat menunjukkan bahwa ke depan, kebutuhan untuk membiayai anggaran akan sangat besar. Dalam hal ini, yield US treasury tenor 10 tahun akan dipertahankan di angka kompetitif.

Selain Asumsi Makro, Ini Kerangka Ekonomi dan Pokok Kebijakan Fiskal 2025

Hal ini sejalan dengan penjelasan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI), Rabu (21/8/2024).

Perry menjelaskan bahwa US treasury tenor 10 tahun tidak seperti US treasury tenor 2 tahun yang cenderung penurunannya sangat mengikuti Fed Fund Rate (FFR).

“Memang ada korelasinya dengan FFR, tetapi juga ada faktor pembiayaan fiskal di Amerika,” kata Perry.

Menurut Perry, yield SBN akan mengikuti tren yield US Treasury 10 tahun. Dengan kata lain, apabila ada kebutuhan pembiayaan fiskal yang besar di Amerika Serikat dan mengharuskan yield US Treasury 10 tahun tetap kompetitif, maka SBN pun akan mengikuti tren yield yang sama.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//