Program Bansos Disebut jadi Biang Masalah Ketidakstabilan Harga Beras

Anggota Komisi VI DPR RI, Harris Turino. (Tangkapan Layar Youtube TVR Parlemen)

FAKTA.COM, Jakarta - Stok beras di Bulog saat ini tercatat sebesar 6,7 juta ton. Dengan adanya defisit sekitar 2,8 juta ton yang terbagi menjadi 1,6 juta ton pada Januari dan 1,2 juta ton pada Februari, stok beras ini masih dianggap mencukupi. 

Namun, kemampuan pemerintah untuk melakukan operasi pasar terbatas, terutama karena alokasi besar untuk program bantuan sosial (Bansos). 

Anggota Komisi VI DPR RI, Harris Turino menjelaskan, keterbatasan itu akibat Program Bansos yang menyerap sekitar 1,3 juta ton beras per bulan. Program etrsebut dimulai sejak Oktober 2023 hingga Maret 2024, untuk memenuhi kebutuhan 22 juta penduduk miskin.

Stok dan Produksi Beras Turun, Bulog Proses Impor 400 Ribu Ton

"Akibat program ini, fleksibilitas pemerintah dalam menjaga stabilitas harga beras melalui operasi pasar menjadi lebih terbatas," kata Harris sebelum mengadakan rapat kerja dengan Kementerian Pertanian disiarkan TVR Parlemen, Jumat (6/9/2024).

Terlebih lagi, masalah produksi yang disebabkan oleh El Nino turut memperparah situasi. 

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo baru-baru ini mengunjungi pasar induk Cipinang, salah satu pasar beras terbesar di Indonesia. 

Belum Kebagian Bansos Beras 10 Kg? Sabar, Tunggu Proses Validasi Ya

Meskipun stok di sana terlihat melimpah, laporan dari pasar modern dan tradisional menunjukkan bahwa beras sulit didapatkan, dan harganya jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

“Supply Beras di sana cukup, tapi masalahnya adalah di distribusi,” jelasnya.

Pada tahun 2022, Indonesia sempat berencana ekspor beras, namun rencana itu justru berbalik pada 2023 dengan realisasi impor 3,3 juta ton beras. Selain itu, pemerintah juga menjadwalkan impor tambahan sebesar 2 juta ton pada tahun ini.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//