Pendapatan SDA Terkontraksi, Aktivis Greenpeace Singgung Transisi Energi

Ilustrasi transisi energi. (Dokumen PLN)

FAKTA.COM, Jakarta - Realisasi pendapatan Sumber Daya Alam (SDA) Juli 2024 mencapai Rp114,42 triliun. Atas catatan tersebut, pendapatan SDA terkontraksi sebesar 17,29% (yoy).

Dalam fakta yang tertuang di dokumen APBN Kita Juli 2024, pemerintah bilang salah satu penyebabnya ialah perlambatan kinerja SDA migas sebesar 7,60% (yoy). Hal tersebut merupakan dampak dari menurunnya lifting minyak gas dan bumi. 

Sebagai tambahan informasi, merujuk kepada Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2025, target lifting migas diturunkan, angkanya sebesar 580.000 - 601.000 barel per hari. Padahal, tahun ini targetnya adalah 635.000 barel per hari.

Menanggapi hal tersebut, Senior Campaign Strategist Greenpeace International, Tata Mustasya menyampaikan, penurunan lifting migas dapat meningkatkan biaya subsidi BBM. Ia juga bilang, karena hal itu Indonesia perlu secepatnya melakukan transisi energi.

3 Pos Penerimaan Negara Kompak Turun: Pajak, Bea Cukai, PNBP

“Untuk minyak, memang cadangan baru yang ditemukan nilainya lebih kecil dibandingkan dengan penurunan dari sumber-sumber lama, akibatnya nilai subsidi BBM besar, dan ini menunjukkan kebutuhan segera melakukan transisi energi ke energi terbarukan dari perspektif ekonomi,” kata Tata kepada Fakta.com, Jumat (2/8/2024).

Tata juga menambahkan, untuk membiayai transisi energi, pemerintah dapat meracik sumber penerimaan baru. Salah satunya adalah peningkatan pajak sektor ekstraktif. 

Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan mengingat selama ini, pelaku sektor ekstraktif mendapatkan profit yang sangat besar. Sementara itu, kegiatannya menghasilkan berbagai eksternalitas negatif dalam bentuk kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.

Lewat Transisi Energi, Pemerintah Optimis Capai Net Zero Emission 2060

“Misalnya melalui penerapan pajak produksi US$30 per metrik ton produksi batu bara akan memberikan tambahan penerimaan negara sekitar Rp270 triliun,” ujar Tata menambahkan.

Tata mengungkap, tambahan penerimaan tersebut dapat membiayai transisi hijau sekaligus memberikan disinsentif untuk sektor pencemar, seperti batu bara. 

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//