Menakar Manfaat Family Office untuk Masyarakat

Ilustrasi. (Dokumen Fakta.com)

FAKTA.COM, Jakarta -  Skema family office tengah mencuat ke permukaan. Terutama, usai Presiden Joko Widodo mengumpulkan sejumlah pejabat negara untuk membahas program pengumpulan kekayaan perusahaan keluarga tersebut.

Bahkan, Jokowi telah menunjuk Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan untuk membentuk task force lintas kementerian dalam mewujudkan rencana itu. Luhut pun optimistis, dalam satu bulan ke depan sudah ada progres yang bisa disampaikan ke Jokowi.

Selain itu, Luhut melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan juga menyampaikan berbagai manfaat skema investasi family office di Indonesia. Di antaranya adalah peningkatan PDB dan lapangan kerja.

Family office bukan hanya meningkatkan peredaran modal di dalam negeri nantinya, tetapi juga menghadirkan potensi peningkatan PDB dan lapangan kerja dari investasi dan konsumsi lokal,” tutur Luhut.

Luhut Klaim Ada Konglomerat Asing Minati Family Office RI

Lebih lanjut, Luhut juga mengungkap bahwa family office dapat menarik kekayaan negara lain untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Terbaru, Luhut juga mengklaim sudah ada beberapa konglomerat asing yang berminat mendaftar program family office. Kabarnya, dana tersebut akan diinvestasikan di Bali.  

"Sudah ada beberapa nama, mungkin dalam dua-tiga minggu ke depan, kalau sudah makin ada bentuknya, kami akan beri tahu," kata Luhut di sela peluncuran neraca sumber daya kelautan di Denpasar, Bali, Jumat (5/7/2024).

Terlepas dari pernyataan Luhut, sejauh mana sebenarnya manfaat family office bagi masyarakat?

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan, dalam jangka pendek, kemungkinan belum ada manfaat yang dirasakan masyarakat terkait skema investasi family office di Indonesia.

“Tidak ada dampak langsung dalam jangka pendek mungkin untuk masyarakat,” ujar David kepada Fakta.com.

Luhut Blak-blakan Family Office, dari Tempat Nangkring hingga Tren Filantropis

David juga mengungkapkan, dampaknya terhadap sektor riil mungkin tidak sebesar industri padat karya.

“Kalau (dampak) langsung mungkin tidak banyak jika dibandingkan dengan industri padat karya, seperti alas kaki, tekstil, atau sektor jasa seperti pariwisata,” kata David.

Kendati demikian, David mengatakan bahwa skema family office ini dapat memberikan manfaat tidak langsung, seperti peningkatan likuiditas. Dengan begitu, katanya, tingkat suku bunga perbankan akan semakin baik.

Sebagai tambahan informasi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan, pemerintah memproyeksikan investasi dari family office yang bisa ditarik ke Indonesia mencapai US$500 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Jumlah tersebut setara 5% dari total dana yang dimiliki perusahaan keluarga atau family office di dunia sebesar US$11,7 triliun.

"Kalau Indonesia bisa menarik 5% saja atau US$500 miliar, itu cukup besar dalam beberapa tahun ke depan," ujar Sandi.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//