Ekonomi Digital Belum Maksimal, Eks Menkeu Sebutkan Beberapa Tantangannya

Eks menteri keuangan, Bambang Brodjonegoro dalam pidato pembukaan Dialog Internasional Ekonomi ke-22, Senin (2/9/2024). (Tangkapan layar Youtube Economix FEB UI)

FAKTA.COM, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menyebutkan Indonesia masih dihadapkan oleh berbagai persoalan untuk memaksimalkan potensi ekonomi digital.

Pernyataan itu disampaikan Bambang dalam pidato pembukaan Dialog Internasional Ekonomi ke-22, Senin (2/9/2024). Dalam kesempatan itu, Bambang menyoroti potensi besar keuangan digital di Indonesia.

Meski begitu, ia juga mengingatkan tentang tantangan signifikan yang harus dihadapi untuk memaksimalkan potensi tersebut.

"Selama beberapa tahun terakhir, ekonomi digital di Indonesia telah berkembang pesat, bahkan berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai US$109 miliar di tahun 2025," kata Bambang.

Ekonom INDEF: Pemanfaatan Ekonomi Digital, Indonesia Masih Tertinggal

Sementara itu untuk tahun yang sama, pasar layanan keuangan digital diproyeksikan tumbuh mencapai US$417 miliar. Bambang bilang, pertumbuhan tersebut didorong oleh adopsi sistem pembayaran digital yang dijalankan oleh 300 lebih perusahaan fintech di Indonesia.

"Di tengah potensi besar tersebut,  Indonesia masih dihadapi oleh beberapa tantangan, seperti rendahnya literasi digital, inklusi keuangan, dan risiko keamanan siber," ucap Bambang.

Bambang bilang, merujuk kepada laporan Asian Development Bank (ADB) 2022, jumlah unbanked people atau orang dewasa yang tidak memiliki rekening bank sebesar 97,7 juta orang. Angka ini merupakan yang terbesar ke-4 di dunia.

Mantap, Ekonomi Digital Sumbang Penerimaan Pajak Rp24,99 Triliun

Di samping itu, tingkat literasi digital di Indonesia juga masih rendah. Meskipun angka penetrasi koneksi seluler di Indonesia sangat besar, yakni 126,8%, tetapi literasi digitalnya masih belum optimal. Per 2024, angkanya hanya 3,54 saja atau berada pada level moderat.

Terakhir, Bambang menyoroti soal risiko keamanan siber yang membebankan biaya besar untuk Indonesia.

Merujuk kepada data Statista, per 2022 biaya yang harus ditanggung Indonesia untuk mengatasi persoalan keamanan siber mencapai US$5 miliar. Bambang pun mengatakan, angka tersebut diproyeksikan akan mencapai US$6,5 miliar di tahun 2028.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//