BI Rate Bakal Ikuti Penurunan Fed Rate, Rupiah Berpotensi Menguat

FAKTA.COM, Jakarta - Ruang penurunan suku bunga acuan BI Rate, semakin terbuka lebar. Terutama setelah pelaku pasar memperkirakan bunga acuan Fed Rate akan turun pada September nanti.

Menurut tim riset Bank Mandiri, data-data ekonomi AS mulai menunjukkan penurunan, sehingga membuka peluang untuk penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat.

Bahkan, Gubernur The Fed, Jerome Powell juga menyatakan kekhawatirannya bahwa menahan suku bunga terlalu tinggi dalam waktu yang terlalu lama dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi AS.

Atas kondisi itu, tim riset Bank Mandiri memproyeksikan BI Rate akan berada di level 6,00% pada akhir tahun ini. "Dengan asumsi bahwa FFR akan dipotong sebesar 25 bps pada September 2024 dan 25 bps pada Desember 2024," tulis tim riset Bank Mandiri, Kamis (22/8/2024).

Dengan begitu, tim riset Bank Mandiri memperkirakan nilai tukar rupiah akan mencapai 15.813 per US$ pada akhir tahun 2024.

Adapun sebelumnya, Bank Indonesia kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI Rate di level 6,25%. Keputusan itu berbanding terbalik dengan kondisi fundamental Indonesia yang sudah membaik.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, saat ini fokus BI masih dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

"Penguatan rupiah baik untuk perekonomian, harga-harga jadi lebih murah, khususnya pangan dan ini akan membendung imported inflation," kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (21/8/2024).

Sebagai tambahan informasi, BI Rate berada di level 6,25% sejak Maret 2024. Artinya, level itu telah bertahan dalam lima bulan.

Adapun jika dibandingkan posisi akhir 2023, maka BI Rate sudah naik 25 basis poin dari level 6,00%.