Kebijakan Penghapusan Jurusan di SMA Dikritik Pengamat, Mengapa?

Penghapusan jurusan dinilai bisa menimbulkan masalah. (Dokumen Pexels)

FAKTA.COM, Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Pengamat mengkritik kebijakan tersebut.

Pengamat pendidikan, Indra Charismiadji, mengatakan kebijakan ini memiliki beberapa masalah. Misalnya, yang pertama, sekolah belum siap untuk membuat para murid memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat. 

“Dari jaman dulu sampai sekarang, di Indonesia itu modelnya, setiap anak akan mendapatkan jumlah mata pelajaran yang sama dengan seangkatannya,” kata Indra ketika dihubungi Fakta.com, dikutip Senin (22/7/2024).

Model pembelajaran ini tidak seperti di Amerika, Finlandia, atau Singapura yang mengizinkan para siswa memilih mata pelajarannya sendiri.

Jurusan IPA dan IPS di SMA Dihapus, Begini Alasannya

Masalah yang kedua berkaitan dengan ketentuan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Beleid ini mewajibkan guru memiliki jam tatap muka minimal 24 jam dalam seminggu untuk mendapatkan tunjangan profesi.

“Sekarang katakan guru sejarah. Terus gurunya enggak cukup seminggu 24 jam karena enggak ada yang mau ambil. Berarti, guru ini tidak mendapatkan tunjangan profesi, kan?” kata dia.

Seorang guru sedang mengajar di kelas. (Dokumen Freepik) Seorang guru sedang mengajar di kelas. (Dokumen Freepik)


Masalah yang selanjutnya berkaitan dengan kesiapan perguruan tinggi untuk menerima kebijakan ini. Disebutkan bahwa proses perekrutan perguruan tinggi masih menggunakan penjurusan. Sementara itu, penjurusan di SMA sudah dihapus.

“Nah, itu udah enggak nyambung, dong,” kata dia.

Indra menilai penghapusan jurusan tak sesuai jika dijadikan sebuah kebijakan. Dia menyarankan kementerian melakukan kajian akademik terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menghapus jurusan di SMA.

Indonesia Terancam Defisit Guru Akibat Kebijakan Cleansing

Sekadar informasi, penghapusan jurusan di SMA merupakan penerapan Kurikulum Merdeka. Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, mengatakan bahwa para murid akan lebih leluasa untuk memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakatnya.

Selain itu, penghapusan jurusan akan menghilangkan diskriminasi terhadap murid non jurusan IPA dalam seleksi nasional mahasiswa baru.

“Murid SMA kelas 11 dan 12 yang sekolahnya menggunakan Kurikulum Merdeka dapat memilih mata pelajaran secara lebih leluasa sesuai minat, bakat, kemampuan dan aspirasi studi lanjut atau karirnya,” kata Anindito ketika dihubungi Fakta.com.

Stop Bullying di Sekolah, Dampaknya Ngeri Banget
Pengajar Keberatan

Kebijakan penjurusan membuat pengajar keberatan. Seorang guru Sosiologi di SMA di Belitung (sebut saja YA), berkata penghapusan jurusan bisa menimbulkan diskriminasi terhadap guru. Dia khawatir kebijakan tersebut bisa berujung kepada pemecatan guru mata pelajaran yang sepi peminat.

“Kasus ini hampir sama ketika mapel TIK dihapuskan, terus ngapain ada guru TIK,” kata dia ketika dihubungi Fakta.com.

Sang guru juga meminta Kemdibukdristek untuk mengevaluasi tentang pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Dia khawatir akan ada banyak guru yang menjadi korban kebijakan itu.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//