Cerita I Wayan Sudiatmaja, Anak Penjual Telur yang Wujudkan Mimpi Kuliah di UGM

I Wayan Sudiatmaja, anak penjual telur keliling yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk kuliah. (Dokumen UGM)

FAKTA.COM, Jakarta – Masalah ekonomi bukanlah menjadi penghalang I Wayan Sudiatmaja untuk berkuliah. Lelaki berusia 18 tahun ini bisa mewujudkan mimpi untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dikutip dari laman UGM, Jumat (28/6/2024), anak pasangan I Nengah Raul Adyana dan Ni Luh Sulastini, diterima di program studi Komunikasi Fisipol UGM melalui Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Dia juga merupakan calon mahasiswa penerima KIP Kuliah dan mendapatkan subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) 75%.

Wayan berkata mendapatkan restu kuliah di Yogyakarta tidaklah mudah mengingat sang ayah merupakan penjual telur keliling dan ibunya perajin kain tenun. Dia berjanji untuk mendaftar di KIP Kuliah agar tidak membebani orang tuanya.

Dia bercerita, kala pengumuman SNBP, dirinya sempat menyembunyikan kabar bahwa diterima di UGM. Kabar gembira itu disampaikan keesokan harinya ketika ibu selesai memasak di dapur dan ayahnya bersantai di teras. Setelah menyampaikan dia diterima di UGM, Ni Luh hanya terdiam. Wayan menduga ibunya kepikiran dengan biaya kuliah.

“Mungkin dalam hati beliau senang juga. Saya bilang, mumpung lagi registrasi, saya pakai yang KIP-K,” kata dia.

Kisah Love’s, Anak Penjual Rempeyek yang Lolos SNBP dan Kuliah Gratis di UGM

Kantongi Restu Orang Tua

Ni Luh mengatakan anaknya memang ingin berkuliah di UGM. Tapi, dia khawatir dengan biaya kuliah dan kehidupan di sana.

“Saya sempat tanya, UGM itu di mana? Dia jelasin. Lalu, saya tanya biaya kosmu nanti bagaimana?” kata dia.

Kegigihan putranya membuat suami-istri itu luluh. Ni Luh mengakui berat melepas sang anak berkuliah di luar Bali. Yang bisa dia lakukan adalah mendoakan sang anak.

Sekadar informasi, keluarga Wayan tinggal di rumah berukuran 5 x 7 meter persegi rumah bedeng di daerah Karangasem, Bali.

Nengah merupakan seorang penjual telur keliling di pasar, warung kelontong, hingga restoran. Pendapatan bersih setiap bulan dari jualan telur mencapai Rp1,5 juta-Rp1,8 juta.

Sementara itu, Ni Luh adalah seorang perajin tenun. Dia mendapatkan upah Rp600 ribu untuk satu kain tenun gringsing.

Penghasilan jualan telur dan perajin tenun, kata Ni Luh cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bayar kontrakan. Tak terbersit di pikiran mereka untuk menguliahkan Wayan.

“Semoga apa yang menjadi cita-citanya Wayan, bisa terwujud. Semangatnya sungguh luar biasa,” kata dia.

Kisah Chloe Xing, Peraih Beasiswa Indonesia Maju yang Bertabur Prestasi

Bertabur Prestasi

Semasa bersekolah, Wayan merupakan pelajar yang berprestasi di bidang akademik. Dia memiliki nilai akademik yang bagus, terutama di bidang sosial humaniora.

“Kalau kuliah nanti saya akan coba ikut organisasi. Saya ingin cari pengalaman baru, pengetahuan baru, mencoba cara peluang ikut organisasi dan perlombaan,” kata dia.

Selain itu, dia juga tertarik dengan olahraga pencak silat yang ditekuni sejak SMP dan sering mengikuti kejuaraan antar pelajar se-Bali. Wayan juga menjadi “langganan” juara.

“Terakhir, kita dapat juara satu untuk Bali Open Competition tingkat nasional untuk kategori seni beregu,” kata dia.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//