Bataha Santiago, Raja Manganitu yang Ogah Tunduk kepada Belanda

Bataha Santiago. (Dokumen Diskominfo Sulawesi Utara)

FAKTA.COM, Jakarta – Ada enam tokoh pejuang yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional tahun ini. Salah satunya adalah Bataha Santiago.

Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan buku Monumen Perjuangan di Sulawesi Utara, Kamis (9/11/2023), Bataha Santiago merupakan raja dari Kerajaan Manganitu pada 1670-1675. Kerajaan Manganitu ini terletak di pantai barat Pulau Sangir Besar, Sulawesi Utara.

Nah, Kerajaan Manganitu bersahabat dengan Spanyol. Mengetahui hubungan erat itu, Belanda mendesak Manganitu untuk "putus" dengan Spanyol. Belanda ingin Manganitu berkontrak politik dengannya.

Mengingat Jasa Pahlawan dalam Parade Senja

Sang raja menolak karena tidak mau tunduk kepada Belanda. Apalagi, dia tahu ada tiga pokok kontrak politik yang merugikan Manganitu, yaitu semua tanaman cengkih harus ditebang, tidak boleh ada agama lain selain aliran Gereformeerd, serta semua alat kebudayaan kerajaan harus dibakar.

Belanda pun melakukan berbagai cara untuk membujuk Bataha Santiago agar mau menerima mereka dengan mengunakan pengaruh raja-raja di Sangir Besar.

Upaya mereka Belanda gagal. Usaha militer pun ditempuh.

Lebih Baik Mati daripada Tunduk kepada Belanda

Bataha Santiago tidak tinggal diam ketika daerahnya digempur oleh Gubernur Belanda, Robertus Padtbruge. Pasukan di bawah kepemimpinan Panglima Diamanti, mematahkan serangan pertama dan kedua Belanda pada 1675. Kala itu, rakyat Manganitu menggunakan senjata tradisional seperti tombak dan pedang.

Akan tetapi, pada serangan ketiga, pasukan Manganitu kalah jumlah dan persenjataan. Markas pertahanan di Paghulu dan kubu pertahanan Batu Bahara pun jatuh. 

Benyamin Sueb, Sang Pahlawan Budaya Indonesia

Belanda pun mengubah taktik dan mengundang Bataha Santiago. Sang raja memenuhi undangan karena berpikir perlawanan tidak menguntungkan.

Sayangnya, itu hanyalah siasat Padtbruge untuk menangkap sang raja hidup-hidup. Lagi-lagi Belanda gagal membujuk Bataha Santiago untuk berkontrak politik.

"Saya lebih baik rela mati untuk suatu keyakinan. Karena keyakinan saya ialah lebih baik mati menentang penjajah atau hidup merdeka sebagai manusia yang berhak untuk melanjutkan keyakinan saya," kata Bataha Santiago.

Merasa gagal membujuk sang raja, akhirnya Belanda menjatuhi hukuman gantung kepada Bataha Santiago di Tanjung Tahuna, pada 1675.

6 Tokoh Pejuang Ditetapkan Jadi Pahlawan Nasional Pada 2023

Sekadar informasi, pemerintah menetapkan enam tokoh sebagai pahlawan nasional pada Hari Pahlawan tahun ini. Mereka adalah Ida Dewa Agung Jambe (Bali), Bataha Santiago (Sulawesi Utara), Mohammad Tabrani Soerjowitro (Jawa Timur), K. H. Abdul Chalim (Jawa Barat), Ratu Kalinyamat (Jawa Tengah), dan K. H. Ahmad Hanafiah (Lampung). Ada beberapa kriteria seorang tokoh bisa menjadi pahlawan nasional, seperti sudah meninggal dunia, ikut berjuang, dan tidak pernah berkhianat.

“Itu adalah enam orang yang mendapat gelar pahlawan berdasarkan Keppres No. 115-TK-TH 2023,” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI, Mahfud MD, dikutip dari akun Youtube Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//