Melihat Rencana Pemindahan Pintu Masuk Impor dari Sudut Pelabuhan

Ilustrasi pintu masuk impor. (Dokumen Fakta.com/Putut Pramudiko)

FAKTA.COM, Jakarta - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, atau yang akrab disapa Zulhas,  tengah mempertimbangkan pemindahan pintu masuk barang impor dari pelabuhan utama, seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak ke pelabuhan lain. Upaya itu dilakukan guna mengatasi masalah kapasitas yang berlebihan.

“Kita sudah rapat di antara kementerian, sudah hampir sepakat, pak Menteri Koperasi dan pak Menteri Perindustrian agar tidak menumpuk di Priok dan Tanjung Perak. Kalau itu memang sudah pengendaliannya karena sudah overcapacity,” kata Zulhas ke awak media di Gedung DPR RI, Rabu (4/9/2024).

Nilai Impor Terbang, Surplus Neraca Dagang Makin Berkurang

Zulhas mengatakan, pintu atau jalur masuk barang impor itu bisa dipindah ke sejumlah pelabuhan lainnya, seperti pelabuhan di Semarang, Jawa Tengah, Pelabuhan Belawan di Sumatera, Pelabuhan Bitung, sampai dengan pelabuhan di Makassar. 

Dengan langkah-langkah ini, Zulhas berharap pintu masuk impor tidak hanya terfokus pada satu titik di Pulau Jawa dan tidak terjadi overcapacity dibarengi dengan pengendalian tujuh komoditas impor.  

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan impor yang masuk Tanjung Priok memang lebih banyak dari pelabuhan lainnya, terutama pelabuhan di luar Pulau Jawa.

Namun dari lima pelabuhan dengan perdagangan terbesar, nilai impor di Pelabuhan Tanjung Priok menurun 9,43% dari US$40,8 miliar di Q2-2023 menjadi US$37 miliar di Q2 2024.

Impor Menyerang, Industri Tekstil Menabuh Genderang Perang

Sebaliknya, Pelabuhan Tanjung Perak tetap relatif stabil dengan sedikit peningkatan sebesar 0,17%, diikuti Pelabuhan Cengkareng yang naik 19,29%.

Adapun berdasarkan data Kementerian Perdagangan, barang impor yang melalui pelabuhan bongkar adalah komoditi non-migas. Data ini termasuk impor di luar gas dan minyak bumi yang mencakup pertanian, industri pengolahan, pertambangan dan lainnya.

Semua sektor impor non-migas meningkat pada 2019-2023. Sektor tertinggi yaitu mesin-mesin/pesawat mekanik, yang merupakan komoditi impor terbesar dengan peningkatan signifikan 3,44% dari US$15,1 miliar di Q2-2023 menjadi US$15,6 miliar di Q2-2024.

Sementara itu, barang elektronik seperti peralatan listrik juga mengalami peningkatan 1,51%.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//