Geliat Industri Mobil di Tanah Air

Oleh Muhammad Yazid - fakta.com
25 Januari 2024 17:30 WIB
Ilustrasi. (Putut Pramudiko/Fakta.com)

FAKTA.COM, Jakarta - Di tengah gejolak perekonomian global yang melambat dan hambatan regulasi, geliat industri otomotif tampaknya masih tetap seksi mendatangkan investasi. Dorongan kebijakan ekosistem mobil listrik mungkin menjadi salah satu pemantiknya.

President Director PT Bridgestone Tire Indonesia, Mukiat Sutikno mengatakan, sejatinya permintaan konsumen alias demand industri otomotif pada 2023 lalu masih lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya. Salah satu alasannya, lesunya perekonomian global serta perdagangan komoditas.

Penjualan Mobil Masih Tertahan, 10 Bulan Tercapai 836.049 Unit

Namun demikian, pulihnya perekonomian nasional pascapendemi Covid-19 menjadi harapan bangkitnya perdagangan mobil di Tanah Air.

“Untuk membangkitkan kembali demand seperti tahun 2022 menjadi tantangan ke depan. Sementara prospeknya masih sangat luar biasa,” ujar Mukiat kepada Fakta.com, Kamis (25/1/2024).

Harapannya, pemerintah terus mendukung vendor-vendor domestik untuk menggenjot produksi yang menggunakan komponen-komponen domestik.

“Vendor untuk komponen domestik sudah cukup banyak, meskipun dibandingkan dengan Thailand jauh lebih banyak komponen supplier-nya,” lanjut Mukiat. 

Tantangan industri

Pengusaha menilai, pemerintah tampak serius mendorong terbentuknya ekosistem mobil listrik alias electrik vehicle (EV). Oleh karena itu, diperlukan jumlah charging station bisa lebih banyak untuk lebih meyakinkan calon konsumen.

Pemprov DKI Gratiskan Bea Balik Nama Mobil dan Motor Seken

Mukiat menambahkan, meskipun sejatinya transportasi umum telah tumbuh pesat, mobilitas masyarakat dalam menggunakan transportasi pribadi masih menjadi pilihan.

"Penjualan EV di Indonesia akan berkembang jika masyarakat tidak khawatir untuk mengisi dari poin A ke poin B,” imbuhnya.

Terbitnya Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1/2024 tentang pajak dan retribusi daerah bakal menjadi tantangan bagi pengusaha selain demand yang belum pulih. Kebijakan ini bakal menambah beban konsumen yang memiliki mobil tambahan dengan penerapan pajak progresif.

"Harga mobil di Indonesia juga tidak murah lantaran banyak pajak yang dikenaikan. Dengan adanya pajak progresif, tentu orang akan mulai berpikir untuk memiliki mobil lebih dari satu," tambah Mukiat. 

Minat investasi

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang berjudul Statistik Indonesia 2023, total produksi kendaraan bermotor dalam negeri pada tahun 2022 mencapai 6.691.616 unit.

Sementara jumlah mobil dan sepeda motor yang saat ini beredar pada tahun 2022 masing-masing mencapai 17.175.632 dan 148.212.865.

Pertumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor di Tanah Air diproyeksikan akan terus berlanjut. Hal ini didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat, terutama di perkotaan. Hal demikian sejalan dengan kenaikan pendapatan per kapita, porsi pengeluaran non makan akan semakin besar terhadap total pengeluaran.

Suntik Rp5 Triliun, Mitsubishi Siap Produksi Mobil Listrik Tahun Ini

Pasar otomotif Indonesia juga menjadi sorotan dengan sejumlah investasi dan ekspansi pabrik dari produsen internasional. Pada tahun 2022, nilai investasi sektor transportasi domestik mencapai Rp2,4 triliun dan investasi asing senilai US$ 1,5 miliar.

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga turut mendorong eksistensi industri modifikasi kendaraan di Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang terutama yang berskala industri kecil dan menengah (IKM).

“Saya berharap semangat dan mimpi para modifikator di Indonesia turut berperan menjadi motor dalam mewujudkan visi kita dalam mengakselerasi pertumbuhan industri otomotif berbasis modifikasi di tanah air," ujar Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, penjualan domestik mobil listrik tercatat sebesar 17.147 unit dan ekspor sebesar 1.504 unit pada 2023 lalu. Sementara penjualan mobil hybrid mencapai 54.656 unit dan eksport mencapai 27.710 unit di tahun yang sama.

“Pemerintah juga mendorong insentif Bea Masuk impor Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai roda 4 sebesar 0% dalam bentuk completely built up dan completely knocked down, serta insentif PPnBM untuk KBLBB roda 4 untuk percepatan mobil listrik di Indonesia,” kata Agus.  

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//