Adu Kuat Performa Bank BUMN, Mana yang Terbesar Datangkan Cuan?

Oleh Issa Almawadi - fakta.com
20 Februari 2024 15:55 WIB
Ilustrasi. (DokumenFakta.com/Putut Pramudiko)

FAKTA.COM, Jakarta - Maret mendatang akan menjadi penentu bagi para pemegang saham bank-bank milik negara (Himbara). Pasalnya, empat bank tersebut akan menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dengan salah satu agenda yakni pembagian dividen.

Dividen ini menjadi tolok ukur performa dari perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Biasanya, perusahaan yang membagikan dividen dianggap punya fundamental yang baik yang tercermin dari berbagai pos keuangan, khususnya laba bersih.

Termasuk dengan empat bank BUMN ini. Saham-sahamnya bahkan menjadi incaran berbagai investor karena perusahaannya rajin membagi dividen.

Mengutip keterbukaan informasi di BEI, empat bank tersebut telah menetapkan jadwal RUPST. Misalnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang akan berlangsung pada 7 Maret 2024.

Kemudian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada 1 Maret 2024. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada 4 Maret 2024, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk pada 6 Maret 2024.

Melesat 33 Persen, Laba Bank Mandiri 2023 Sentuh Rp41,2 Triliun

Lantas, berapa dividen yang akan dibagikan para bank Himbara tersebut? Bagaimana pula sebenarnya performa empat bank BUMN ini pada beberapa tahun ke belakang? Mari kupas satu per satu.

Bank Mandiri

Dalam laporan tahunan 2022, Bank Mandiri berencana mempertahankan rasio pembayaran dividen 45% dari laba bersih. Catatannya, rasio tersebut bisa berubah jika RUPST menyatakan lain tergantung pada berbagai pertimbangan terkait kinerja tahun yang bersangkutan.

Dalam hal ini, Bank Mandiri akan mempertimbangkan beberapa faktor penting terkait tingkat kesehatan keuangan, tingkat kecukupan modal, kebutuhan dana untuk ekspansi usaha lebih lanjut, tanpa mengurangi hak dari RUPST untuk menentukan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perusahaan.

Sebagai informasi, atas kinerja 2022, Bank Mandiri menebar dividen sebesar Rp16,82 triliun atau setara dengan 60% dari laba bersih Rp28,03 triliun. Rasio dividen 60% ini telah bertahan sejak 2020.

Keputusan pembagian dividen tidak lepas dari kinerja keuangan Bank Mandiri. Baru-baru ini, perseroan telah merilis laporan keuangan 2023 yang hasilnya meraih laba bersih mencapai Rp55,1 triliun atau naik 33,7% dari periode 2022 Rp41,17 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan capaian ini selaras dengan kondisi ekonomi nasional yang masih resilien menghadapi volatilitas di tahun lalu.

“Dari berbagai tantangan Indonesia tetap memiliki daya tahan yang baik didorong peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, dan inflasi yang masih terjaga,” ujarnya dalam paparan kinerja, Rabu (31/1/2024).

Berkat Laba Jumbo, Sepasang Bank BUMN Kompak Pecahkan Rekor Saham

Laba bersih Bank Mandiri terbentuk atas catatan net interest margin (NIM) yang cukup besar di kalangan perbankan tanah air. Hingga akhir 2023, NIM Bank Mandiri berada di level 5,48%, naik tipis dari periode akhir 2022 di level 5,47%.

Di sisi lain, kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perseroan juga makin menyusut. Levelnya per akhir 2023 adalah 1,19% atau terus turun sejak 2020 di level 3,1%, 2021 di level 2,72%, dan 2022 pada level 1,92%.

Dengan performa 2023 itu, maka asumsi dividen Bank Mandiri jika rasionya ditetapkan 60% akan menjadi Rp33,06 triliun. Sementara, jika rasionya 45%, dividen Bank Mandiri berkisar Rp24,79 triliun.

BRI

Bank spesialis kredit mikro ini juga belum lama merilis laporan tahunan 2023. Dalam laporan itu dijelaskan, secara historis, rasio dividen normal BRI berada pada kisaran 50%-60%.

Ke depan, BRI dapat membagikan dividen atas laba dengan rasio lebih tinggi maupun lebih rendah dari level dividen normal namun tetap memperhatikan beberapa faktor seperti proyeksi pertumbuhan bisnis ke depan, pemenuhan rasio kecukupan modal dan faktor sustainability tingkat imbal hasil atas ekuitas dalam beberapa tahun ke depan.

Selain itu, sesuai ketentuan dividen juga dapat berbentuk tunai maupun non tunai.

Sejak tahun buku 2017, rasio dividen BRI cukup variatif. Sempat hanya 45% sampai akhirnya menetap di level 85% dalam tahun buku 2021-2022.

Untuk tahun buku 2023, BRI masih menjadi bank dengan perolehan laba terbesar. Nilainya mencapai Rp60,43 triliun, naik 17,5% dari periode akhir 2022 Rp51,41 triliun.

BRI tak perlu ditanyakan lagi atas statusnya sebagai bank dengan laba terbesar. Hal ini terlihat dari NIM perseroan yang berada di level 7,95% naik 10 bps dari akhir 2022 di level 7,85%. Bahkan pada kuartal III-2023, NIM BRI sempat berada di level 8,05%.

Begini Strategi BRI Kejar Pertumbuhan Kredit Dobel Digit di 2024

Namun tak seperti Bank Mandiri, NPL BRI justru tercatat naik dari 2,67% pada 2022 menjadi 2,95% di akhir 2023.

Atas perolehan laba 2023, maka kisaran dividen BRI dengan rasio 50%-60% akan bernilai Rp30,21 triliun sampai Rp36,26 triliun. Sementara jika kembali bertahan dengan rasio 85%, maka nilai dividen BRI akan menjadi Rp51,36 triliun.

BNI

Bank yang identik dengan angka 46 ini mengumpulkan laba bersih Rp20,9 triliun pada 2023. Angka tersebut naik 14,2% dari periode 2022 Rp18,3 triliun.

Berbeda dengan Mandiri dan BRI, peningkatan laba bersih BNI tidak dibarengi dengan peningkatan NIM. Per akhir 2023, NIM BNI berada di level 4,6%, turun dari periode 2021 di level 4,7% dan 2022 di level 4,8%.

Meski begitu, BNI juga berhasil menurunkan NPL dari 2,8% di 2022 menjadi 2,1% pada 2023.

Kinerja yang positif itu membuat BNI juga lebih optimistis dalam kebijakan dividennya. Sesuai prospektus yang disampaikan kembali dalam laporan tahunan 2023, BNI punya kebijakan dividen minimum 25% dari laba bersih per tahun. Namun jumlahnya akan ditentukan pada saat RUPS.

Kebijakan itu juga mempertimbangkan pencapaian kinerja keuangan, Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank setelah pembagian dividen dan proyek investasi lainnya, tingkat kesehatan Bank, dan lain-lain.

Penyaluran Kredit Membaik, Pertumbuhan Laba BNI Malah Melambat

Masih dalam laporan yang sama, tahun ini BNI memproyeksikan pembayaran dividen dengan kisaran 40%-50%. Proyeksi ini tak jauh berbeda dengan realisasi pembagian dividen tahun buku 2022 sebesar 40% setelah pada tahun-tahun sebelumnya konsisten di angka 25%.

Dengan proyeksi itu, maka atas perolehan laba 2023 yang mencapai Rp20,9 triliun, kisaran dividen BNI bisa mencapai Rp8,36 triliun sampai Rp10,45 triliun.

BTN

Sebagai bank dengan skala aset lebih kecil dari tiga saudaranya, BTN mulai konsisten menumbuhkan labanya. Setelah amblas pada 2019 menjadi Rp209 miliar dari Rp2,81 triliun pada 2018, laba BTN berangsur membaik.

Catatannya, 2020 Rp1,6 triliun, 2021 Rp2,37 triliun, 2022 Rp3,04 triliun. Serta yang terbaru Rp3,5 triliun pada 2023.

Menurut Direktur Utama BTN, Nixon Napitupulu, perolehan laba bersih tidak terlepas dari keberhasilan transformasi yang telah dilakukan perseroan sejak beberapa tahun terakhir.

BTN Catat Laba Bersih Rp3,5 Triliun pada 2023

Sayangnya, NIM BTN justru menurun pada 2023 menjadi 3,75% setelah sejak 2020 konsisten naik hingga 4,4% pada 2022.

Di sisi lain, NPL BTN terus membaik hingga menjadi 3% pada 2023.

Dengan berbagai catatan itu, BTN berencana konsisten menetapkan rasio dividen sebesar 20%. Mengutip laporan tahunan 2023, BTN membagi dividen sekitar Rp684 miliar dari laba bersihnya.

Kemudian, rencana itu berlanjut melalui proyeksi 2024 dengan laba bersih Rp3,61 triliun dan dividen Rp721 miliar atau setara 20% dari laba bersih.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//