Konser 'Bayar Bayar Bayar' Satukan Massa Demo Indonesia Gelap

Lagu 'Bayar, Bayar, Bayar' band Sukatani berkumandang di demo Indonesia Gelap, Jakarta, Jumat (21/2/2025). (Fakta.com/Hendri Agung)
FAKTA.COM, Jakarta - Massa aksi demo Indonesia Gelap bersatu menyanyikan lagu berjudul 'Bayar Bayar Bayar' milik band punk Sukatani yang diduga diintimidasi.
Lagu yang berisi kritik terhadap kelakuan oknum kepolisian yang korup tersebut diputar dari speaker yang dipasang di mobil komando yang digunakan untuk orasi, dekat Patung Kuda, Jakarta, Jumat (21/2/2025).
Massa aksi menyanyikan bersama-sama lagu tersebut dengan riuh dan bersemangat.
Lagu tersebut dinyanyikan sekitar pukul 16.46 WIB usai para massa aksi bertahan dari guyuran hujan.
Massa terpantau tak segan berteriak keras dengan lirik lagu tersebut di depan polisi yang mengawal demo ini.
Salah satu pedemo, Jordi (31), mengatakan pelarangan lagu tersebut justru membuat publik semakin ingin mengetahui lagu yang memiliki pesan kritik tersebut.
"Menurut saya itu langkah bodoh dari polisi dengan adanya dia begitu, dilarang lagunnya itu malah membuat publik jadi makin tau lagunya apa dan malah efeknya seperti yang dilihat dari kemarin sampai sekarang lagu itu pun diputar di mana-mana," kata Jordi kepada FAKTA di lokasi demo.
Lagu Sukatani di demo Indonesia Gelap
Lagu 'Bayar Bayar Bayar' milik band Sukatani bergema di demo Indonesia Gelap, Jumat (21/2/2025). (Fakta.com/Hendri Agung)
"Jadi malah efeknya berbanding terbalik dengan sebenarnya apa yang polisi mau. Senjata makan tuan," tambahnya.
Di tempat yang sama, demonstran lainnya, Rizky Ramadhan (27), menduga adanya tindakan pembungkaman kebebasan berpendapat dan berekspresi oleh pemerintah, khususnya Polri dalam kaitannya dengan lagu ini.
Ia juga mengatakan bahwa sebetulnya lagu tersebut merupakan kritik yang dapat membangun institusi Polri jadi lebih baik.
"Karena Bapak Listyo Sigit Prabowo telah mengatakan pernyataan kepada masyarakat bahwa teman-teman yang mengkritik polri adalah adalah sahabat polri. Jadi mereka sebetulnya perlu dengan lagu yang dibuat sukatani adalah kritik membangun terhadap institusi polri," ujarnya.
Salah satu massa aksi lainnya menyebut ada ketakutan dari pemerintah terhadap lukisan, lagu, dan buku.
"Pemerintah takut akan lukisan, pemerintah takut akan lagu, dan pemerintah juga takut akan buku," ujar pedemo tersebut.
Sebelumnya, band punk asal Purbalingga, Sukatani, menyampaikan permintaan maaf kepada Kapolri dan institusi Polri melalui video di akun media sosial mereka terkait lagu yang berjudul 'Bayar Bayar Bayar'.

Demo Indonesia Gelap juga terjadi di berbagai daerah, termasuk Jatim. (Antara)
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menduga ada miskomunikasi di balik permohonan maaf band punk Sukatani kepada Polri.
"Tidak ada masalah. Mungkin ada miss, tapi sudah diluruskan," kata Listyo kepada wartawan di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat (21/2/2025).
"Dalam menerima kritik, tentunya kami harus legawa dan yang penting ada perbaikan, dan kalau mungkin ada yang tidak sesuai dengan hal-hal yang disampaikan, bisa diberikan penjelasan,” klaimnya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Trunoyudo Wisnu Andiko, menyatakan institusi Polri tak antikritik terhadap lagu yang dirilis oleh band Sukatani.
"Terkait dengan band Sukatani, saya sudah sampaikan, namun saya lebih jelaskan kembali. Sebelumnya Bapak Kapolri sudah selalu menyampaikan bahwasannya Polri itu menuju organisasi atau institusi yang sangat modern. Modern disini adalah salah satu syaratnya adalah tidak antikritik,” katanya, Jumat (21/2/2025).