Jadi Kontroversi, Layakkah Penelitian Situs Gunung Padang Dilanjutkan?

Penelitian Gunung Padang direncanakan akan dilanjutkan kembali. (Dok. Kemdikbud)
FAKTA.COM, Jakarta – Fadli Zon, Menteri Kebudayaan mengumumkan untuk melanjutkan kembali penelitian situs Gunung Padang yang terletak di Cianjur, Jawa Barat.
Hal ini diungkapkannya di Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (9/1/2025). Kader Gerindra itu ingin mengumpulkan para ahli yang memiliki perbedaan pendapat guna mendapatkan pemahaman yang baru terkait situs Gunung Padang.
“Kami akan segera mengumpulkan para ahli yang berbeda pendapat juga. Ahli-ahli yang pro dan kontra, atau yang berpendapat berbeda-beda untuk dikumpulkan. Karena tesis, antitesis itu bisa menjadi sintesis kan begitu ya,” kata Fadli Zon dilansir dari Antara.

Wawancara Menteri Kebudayaan Fadli Zon terkait kelanjutan penelitian Gunung Padang, Kamis (9/1/2025). Foto: tangkapan layar video <i>Antara</i>.
Dalam wawancaranya, Fadli juga meyakini bahwa Gunung Padang merupakan hasil olah tangan manusia.
“Menurut saya itu jelas ‘man-made’, dan menurut saya akan menjadi bagian dari sejarah peradaban yang penting dan tertua, tapi setua apa?” katanya.
Pernyataannya selaras dengan apa yang disimpulkan dalam studi yang berjudul Geo-archaeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia. Studi ini dipublikasi di situs Wiley Online Library pada 2023.
@faktacom Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan akan melanjutkan pengkajian situs megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menegaskan bahwa pihaknya akan melibatkan para ahli, baik yang mendukung maupun yang meragukan, untuk mendapatkan kejelasan sejarah mengenai situs tersebut. #GunungPadang #SitusMegalitik ♬ original sound - Faktacom
Pada studi tersebut dituliskan bahwa Gunung padang bukanlah bukit yang dihasilkan dari proses alamiah, melainkan sebuah bangunan seperti piramida yang inti bangunannya dipahat dengan sangat teliti.
“Studi ini secara kuat menunjukkan bahwa Gunung Padang bukanlah bukit alamiah, melainkan bangunan yang menyerupai piramida. Inti piramida terdiri dari lava andesit masif yang dipahat dengan sangat teliti (Unit 4), yang diselimuti oleh lapisan-lapisan bangunan batu (Unit 3, Unit 2, dan Unit 1). Analisis penanggalan karbon semakin mendukung sejarah panjang bangunan berlapis-lapis ini, yang mencakup periode-periode yang berurutan,” demikian yang tertulis dalam jurnal tersebut.
Studi tersebut juga mengklaim bahwa bagian terdalam yang diteliti, yang disebut ‘unit 4’ merupakan sebuah bukit alami yang dipahat pada periode glasial 25.000 hingga 14.000 tahun sebelum masehi.
“Konstruksi tertua, Unit 4, kemungkinan awalnya adalah bukit lava alami yang kemudian dipahat dan dibentuk secara arsitektural pada periode glasial terakhir antara 25.000 hingga 14.000 SM. Setelah itu, Gunung Padang ditinggalkan oleh pembangun pertama selama ribuan tahun, menyebabkan pelapukan yang signifikan.”
Arkeolog Menepis Klaim Studi
Klaim yang ditulis oleh Prof. Danny Hilman Natawidjadja dkk. mendapat protes keras dari banyak arkeolog.
Menlansir The Guardian, klaim-klaim dalam studi tersebut dibantah oleh Flint Dibble, seorang arkeolog dari Cardiff University dan juga arkeolog lainnya.
Mereka mengatakan bahwa klaim studi yang mengatakan ‘inti piramida’ merupakan hasil buatan manusia dianggapnya tidak memiliki bukti pendukung.
Meskipun mungkin saja berusia lebih dari 20 ribu tahun, akan tetapi itu hanya berasal dari proses alami karena tidak ada bukti keberadaan manusia seperti tulang atau artefak di dalamnya.
"Jika Anda pergi ke Istana Westminster dan menjatuhkan inti tujuh meter ke dalam tanah dan mengambil sampel tanah, Anda mungkin dapat memperkirakan usianya 40.000 tahun," kata Dibble.
"Namun, itu tidak berarti Istana Westminster dibangun 40.000 tahun yang lalu oleh manusia purba. Itu hanya berarti ada karbon di sana yang berusia 40.000 tahun. Sungguh luar biasa bahwa makalah ini telah diterbitkan."
Prof. Danny berusaha mempertahankan klaimnya. Ia berujar penelitian yang dilakukannya didukung oleh analisis yang teliti dan menggunakan metodologi yang terpadu serta komprehensif.
"Observasi yang menjadi landasan studi kami didukung oleh analisis paparan yang cermat, pencatatan dinding parit, studi pengeboran inti, dan survei geofisika terintegrasi yang komprehensif," ungkapnya.
Akibat protes ini, editor pada website Wiley melakukan penyelidikan dan mencabut secara resmi studi karya Prof. Danny dkk. pada 18 Maret 2024. Hal ini dapat dilihat melalui judul studi yang telah ditandai sebagai ‘retracted’.
Perbedaan Pandangan Merupakan Hal Wajar
Fadli beranggapan bahwa perbendaan pendapat di kalangan ahli merupakan sesuatu yang wajar. Ia juga menganggap dialog antar ilmuwan harus dilakukan guna mendapat solusi terbaik terkait penelitian situs Gunung Padang.
Intensinya untuk mengumpulkan para ahli memungkinkan untuk menghidupkan kembali diskusi yang sebelumnya terhenti sekaligus mendapat pemahaman mendalam terkait situs tersebut. (ANTARA/TheGuardian).