Fakta.com

Maggot Jadi Jurus Jitu Arky Gilang, Kelola Ratusan Ton Sampah Wisata

Pendiri Greenprosa, pelopor budidaya maggot dan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 Bidang Lingkungan. (Dok. Pribadi/Fakta)

Pendiri Greenprosa, pelopor budidaya maggot dan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 Bidang Lingkungan. (Dok. Pribadi/Fakta)

Google News Image

FAKTA.COM, Jakarta - Berbeda dengan dulu, kini sampah tak lagi menjadi momok mengerikan bagi Arky Gilang Wahab (38 tahun). Ratusan ton sampah setiap harinya berhasil ia sulap menjadi lebih bernilai dengan bantuan maggot.

Di tangan Arky, maggot yang merupakan sejenis larva dari lalat Black Soldier Fly/BSF (Hermetia illucens L.), telah mengolah ribuan ton sampah organik menjadi bernilai ekonomi tinggi. Budidaya maggot dengan sampah organik ini berhasil dipopulerkan oleh Arky melalui perusahaan limbah dan bioteknologi bentukannya, PT Greenprosa Adikara Nusa (Greenprosa) sejak 2018 silam.

Awalnya karena keprihatinan akan sampah yang menumpuk di kampung halaman Arky, Banyumas, ia mengolah sampah menjadi kompos melalui proses composting. Namun, proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama, sedangkan tumpukan sampah kian menggunung.

Kemudian ia menemukan metode yang lebih efisien, yakni menggunakan maggot untuk mengurai sampah organik. Proses ini 20 kali lebih cepat dibanding metode komposting konvensional.

Proses pengembangbiakan maggot BSF mulai dari menetas telur hingga bisa dipanen hanya membutuhkan waktu sekitar 14 hari. Tidak hanya itu, penguraian dengan maggot dapat menghasilkan pupuk berkualitas tinggi.

Maggot BSF. (Dok. Greenprosa)

Maggot BSF. (Dok. Greenprosa)

Budidaya maggot untuk mengelola sampah organik pun semakin populer, dan Greenprosa sebagai pelopor terus memperluas kerja sama guna mengurangi timbulan sampah.

"Kami bekerja sama dengan lebih dari 200 mitra di 20 daerah, ada pemerintah dan swasta," ujar Arky kepada Fakta.com baru-baru ini.

Bentuk kerja sama yang dilakukan yakni pendampingan kepada mitra di daerah yang mengelola site pengelolaan sampah, ataupun sebagai off taker produk hasil budidaya maggot.

Kini Greenprosa telah semakin semakin melebarkan sayapnya. Bersama dengan mitra di berbagai daerah, Greenprosa telah berhasil mengelola sampah organik menjadi produk pakan ternak dan pupuk organik dengan merek Mr. Maggot.

Proses pengelolaan sampah yang berkelanjutan ini juga dikembangkan oleh Greenprosa bersama Taman Safari Indonesia (TSI) dalam bentuk Integrated Waste Management (IWM).

Integrated Waste Management (IWM) merupakan fasilitas pengolahan sampah ramah lingkungan yang bertujuan menciptakan kawasan wisata bebas sampah dan berkelanjutan. IWM pertama beroperasi pada April 2023 di Taman Safari Bogor, dan menurut Arky, ini merupakan proyek yang cukup berhasil karena kerjasama seluruh pihak.

"Menariknya di TSI itu pengelolaan sampah dari owner sampai ke bawah diedukasi semua. Jadi dari hulu ke hilir bisa satu sistem," tutur Arky.

Fasilitas budidaya maggot di integrated waste management (IWM) Taman Safari. (Dok. Greenprosa)

Fasilitas budidaya maggot di integrated waste management (IWM) Taman Safari. (Dok. Greenprosa)

Proses Integrated Waste Management (IWM)

Pengelolaan sampah dari hulu yakni sampah dari restoran, food court, hotel, dan tempat sampah di seluruh Taman Safari Bogor dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sebanyak 4-5 truk sampah atau sekitar lebih dari 20 ton sehari dipilah dari hulu.

Pada tahap selanjutnya, sampah organik diproses melalui biokonversi menggunakan larva maggot BSF. Terakhir, proses hilir yakni hasil biokonversi berupa larva BSF untuk pakan ternak karena mengandung 50% protein dan asam amino.

Tidak hanya itu, BSF dapat mengurangi populasi lalat hingga 95%. IWM Taman Safari Indonesia dan Greenprosa ini dinilai berhasil mengelola sampah, karena hanya menghasilkan 2% residu sampah. 

"Jadi pada tahun 2023 total residunya cuma 2 persen, bisa dibilang sampah terkelola dengan baik," ujar penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 Bidang Lingkungan dari PT Astra International Tbk ini.

Keberhasilan ini menurut Arky berkat dari edukasi menyeluruh pihak Taman Safari Indonesia dari hulu ke hilir, serta kerjasama berbagai pihak. IWM telah menggandeng mitra dari Cisarua hingga Tangerang untuk menjual dan membeli kembali bibit larva dan pakan ternak dari maggot. 

Kemudian pupuk dapat digunakan secara cuma-cuma oleh petani lokal binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Nantinya hasil pertanian mereka akan dibeli oleh TSI untuk kebutuhan hotel hingga pakan hewan.

"Kita tidak menjual ke mereka, tapi mereka ambil pupuk dari kita. Mereka menanam buah sayur dibeli sama TSI untuk pakan hewan dan resto, dan dibeli dengan harga konsumen," jelasnya.

Infografis Arky Gilang Wahab. (Fakta.com/Rillo Hans)

Infografis Arky Gilang Wahab. (Fakta.com/Rillo Hans)

Potensi pengelolaan sampah berkelanjutan dengan skala yang lebih besar semakin terlihat, dengan semakin banyaknya permintaan dari hotel dan restoran di Bogor. Untuk itu, pihaknya tengah menambah kapasitas bangunan, mesin hingga karyawan IWM.

"Jadi pemulung di sini kami rekrut untuk jadi karyawan kami, makanya sekarang sudah tidak ada lagi TPA liar di puncak," katanya.

Sementara itu, Komisaris dan Founder Taman Safari Indonesia (TSI), Tony Sumampau bertekad untuk terus mengembangkan IWM di Taman Safari Bogor hingga tak ada lagi limbah industri wisata yang tersisa.

Pihaknya berupaya melakukan inovasi agar sampah anorganik bisa diolah sendiri di IWM dan menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis. Untuk merealisasikan semua itu dibutuhkan anggaran yang cukup besar, kata dia, sehingga diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.

“Tapi itu kan biaya lagi ya, investasi lagi, jadi dari situ kita dorong, kita butuh mengembangkan investasi. Doain 2030 kita jalan sesuai keinginan pemerintah,” ujar Tony, dikutip dari situs Taman Safari Indonesia, Rabu (6/11/2024), 

Kunjungan Pimpinan Pusat PHRI ke IWM Taman Safari Bogor. (Dok. Humas TSI Bogor)

Kunjungan Pimpinan Pusat PHRI ke IWM Taman Safari Bogor. (Dok. Humas TSI Bogor)

Replikasi Integrated Waste Management (IWM)

Keberhasilan IWM di Taman Safari Bogor akan segera direplikasi di Taman Safari Prigen di Pasuruan, Jawa Timur. Arky mengungkapkan bahwa saat ini Greenprosa tengah mengembangkan IWM di Prigen.

"Kita sudah mulai rencana tahun depan, sekarang sedang pembebasan lahan di Pasuruan," ungkapnya. 

Nantinya, IWM juga akan dibentuk di Taman Safari di wilayah lainnya di Indonesia.

"Pihak TSI yakin bisa berjalan baik dan bisa diterapkan ke semua lokasi," tambahnya.

Wisata berkelanjutan dan ramah lingkungan ini juga dinilai potensial untuk dikembangkan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Pengelolaan sampah tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tapi juga memiliki nilai ekonomi. IWM sendiri telah membuktikannya dengan menjadi wisata edukasi pengelolaan sampah yang banyak dikunjungi.

Kunjungan YBDA dan Kemenkeu RI ke IWM di Taman Safari Bogor. (Dok. Humas TSI Bogor)

Kunjungan YBDA dan Kemenkeu RI ke IWM di Taman Safari Bogor. (Dok. Humas TSI Bogor)

Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menilai bahwa IWM dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan limbah industri wisata. Apalagi saat ini banyak kota-kota wisata mengalami krisis pengelolaan sampah, seperti di DI Yogyakarta.

"Memang harapan kami integrated waste management di TSI ini bisa direplikasi di kota lain. Awalnya mau dicoba dulu di Bogor," kata Hariyadi saat dihubungi.

Ketua PHRI Kota Bogor Yuno Abetala mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengajukan rencana pembentukan IWM di Bogor untuk mengelola sampah industri perhotelan dan restoran. 

"Awalnya kami ingin ke TSI karena kapasitasnya masih cukup memungkinkan, tapi kendala di transportasi. Jadi lebih efisien membuat IWM sendiri," kata Yuno kepada Fakta.

Menurutnya, dengan lebih dari 100 hotel dan restoran di Bogor, baik kota maupun kabupaten, keberadaan IWM akan sangat membantu mengurangi limbah industri wisata. Selain itu, akan sangat menguntungkan untuk budidaya maggot. 

Kendati begitu, rencana tersebut terhalang oleh momen Pilkada, sehingga untuk saat ini PHRI Bogor akan kembali mengajukan rencana tersebut langsung ke Kementerian Dalam Negeri.

"Karena Pak Bima Arya sekarang jadi Wamendagri, kami akan usulkan agar rencana pembentukan IWM ini dilakukan melalui kebijakan dari kementerian ke daerah," tutur Yuno.

Harapannya, dengan kebijakan dan penyediaan infrastruktur dari Pemerintah, IWM ini bisa mengatasi krisis sampah di berbagai daerah, khususnya di daerah-daerah wisata.

SATU Indonesia Awards 2021 Buka Jalan Kolaborasi

Arky Gilang Wahab.

Arky Gilang Wahab.

Dengan dedikasinya yang luar biasa dalam pengelolaan sampah, Arky berhasil meraih penghargaan bergengsi SATU Indonesia Awards dari Astra Internasional pada 2021 silam.

Menurut Arky, upaya mengelola sampah memang harus dilakukan secara bersama-sama. Apresiasi yang diraihnya tersebut telah banyak menggaungkan namanya dan budidaya maggot supaya lebih dikenal banyak pihak.

"Manfaatnya (apresiasi SATU Indonesia- red) jadi banyak yang mengajak kolaborasi untuk budidaya maggot, sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas lagi," kata dia. Ia berharap kerja sama dalam pengelolaan sampah berkelanjutan ini bisa membantu mengurangi krisis sampah yang ada di Indonesia.

Trending

Update News