Indonesia Terancam Alami Penurunan Curah Hujan, BMKG: Kondisi Makin Kering
etani mencabut gulma di lahan sawah miliknya yang mengalami kekeringan di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (12/8/2024). (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/nym)
FAKTA.COM, Jakarta - Indonesia terancam mengalami penurunan curah hujan akibat adanya fenomena perubahan iklim. Dalam beberapa tahun ke depan, terdapat kecenderungan perubahan kondisi cuaca menjadi lebih kering, apalagi jika tidak dilakukan langkah mitigasi.
Hal itu dikatakan Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, Alberth Nahas, dalam diskusi yang diadakan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dipantau daring di Jakarta, Rabu (25/9/2024).
"Kalau kita tidak melakukan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim maka kondisinya yang kering akan semakin kering. Secara umum di semua skenario dan periode bulan-bulannya itu adalah Sumatera bagian utara dan tengah mengalami penurunan potensi hujan atau potensi jumlah hujan," kata Alberth.
Menurutnya, penurunan curah hujan itu terutama dirasakan di wilayah Sumatera bagian utara dan tengah, Sulawesi, Jawa bagian selatan, dan Papua bagian selatan.
"Ini mengindikasikan di wilayah tersebut kalau kita tidak melakukan aksi mitigasi atau kalau tidak memaksimalkan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim maka daerah-daerah tersebut akan semakin rawan terhadap penurunan curah hujan kumulatif," katanya.
Data periode historis 1976-2005 menunjukkan, penurunan curah hujan sangat terlihat ketika musim kering melanda hampir seluruh wilayah Indonesia pada periode Juni, Juli, dan Agustus jika tidak dilakukan mitigasi.
Dampaknya akan berkepanjangan kepada masyarakat, tuturnya, termasuk potensi berkurangnya ketersediaan air bersih dan berpengaruh terhadap pertanian terutama yang menggunakan irigasi tadah hujan.
Kondisi tersebut terjadi seiring dengan potensi peningkatan suhu di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan jika tidak dilakukan langkah mitigasi secara ambisius.
Alberth mengatakan data BMKG periode 1951-2021 memperlihatkan tren peningkatan suhu, dengan rata-rata kenaikan terbesar 0,15 derajat terjadi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera bagian selatan, area Jakarta dan sekitarnya. (ANT)