Musim Kemarau Kering Akibatkan Air Tanah Menipis
FAKTA.COM, Jakarta – Musim kemarau kering mengakibatkan air tanah menipis di beberapa wilayah, termasuk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Dikutip dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sabtu 30 (30/9/2023), pada dasarian II September 2023, beberapa wilayah mengalami 60 hari tanpa hujan (HTH). Kondisi tersebut membuat kerentanan air di beberapa wilayah, yang bisa berdampak kepada sektor pertanian.
Musim Kemarau, Tapi Bandung Lebih Dingin Dari BiasanyaKoordinator Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG, Marjuki, mengatakan, iklim kering ini juga menyebabkan dampak turunan, di samping penurunan ketersediaan air tanah.
“Seperti, penurunan ketersediaaan Air Tanah (KAT), peningkatan kejadian hotspot, peningkatan potensi karhutla, peningkatan ISPA, dan penurunan debit air di beberapa waduk,” kata Marjuki dalam “National Climate User Forum (NCUF) Prediksi Musim Hujan (PMH) 2023/2024”.
Marjuki mengatakan fenomena El Nino yang terjadi pada musim kemarau pun tidak bisa diremehkan. Pengaruhnya tidak hanya terbatas di beberapa sektor, tetapi juga meluas. Jika terus dibiarkan, dampaknya bisa merembet ke aspek lingkungan, kesehatan, bahkan pangan, energi, dan ekonomi.
Musim Hujan Datang Telat, Ini Dia PenyebabnyaSementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggunakan prediksi BMKG, termasuk mengantisipasi musim hujan dan kemarau. Pada musim kemarau, misalnya, Ketua Tim UP2 Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan (DBOP) Ditjen Sumber Daya Sumber Air Kementerian PUPR, Heru Ramanda, mengatakan air bendungan akan dialirkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Komentar (0)
Login to comment on this news