Global Tiger Day 2024, Momentum Jaga Harimau Sumatera
Petugas mengevakuasi seekor harimau Sumatra ke Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Bukittinggi usai terjerat di Kabupaten Pasaman Barat pada 4 Februari 2024. (ANTARA/Muhammad Zulfikar).
FAKTA.COM, Jakarta - Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang memiliki habitat dalam Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang terbentang dalam empat provinsi di Pulau Sumatera meliputi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Barat.
Kucing besar ini menjadi bagian dari 4.000 spesies flora dan fauna endemik TNKS yang memiliki luasan mencapai 1,3 juta hektare tersebut.
Di dalam kawasan TNKS selain dihuni harimau Sumatera, juga ada badak Sumatera, gajah Sumatera, macan dahan, tapir melayu, beruang madu, dan sekitar 370 spesies burung.
Sedangkan tumbuh-tumbuhan yang ada antara lain jenis bunga terbesar di dunia Rafflesia Arnoldii, kemudian bunga tertinggi di dunia Amorphophallus titanum, berbagai jenis anggrek dan lainnya.
Maraknya aksi perburuan dan perambahan serta kasus penebangan kayu dalam kawasan TNKS sejak beberapa puluh tahun belakangan membuat flora dan fauna khas TNKS terancam punah.
Pembukaan lahan dan penebangan pohon, maupun perburuan satwa secara besar-besaran ini telah menimbulkan bencana bagi kehidupan dalam kawasan TNKS dan sekitarnya, salah satunya ialah kelangsungan satwa khas TNKS yakni harimau Sumatera.
Perburuan kucing besar yang memiliki belang tiga ini diduga dilakukan secara terorganisir baik oleh pemburu yang bergerak secara perseorangan maupun kelompok, dengan menggunakan peralatan berupa jerat, senjata api maupun racun.
Aksi perburuan satwa liar di dalam kawasan TNKS itu telah berlangsung sejak puluhan tahun belakangan, dengan melibatkan warga sekitar kawasan TNKS menjadi pelaku utamanya yang bertindak sebagai pemburu maupun pemberi informasi keberadaan harimau kepada pemburu pendatang dari daerah lainnya.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat ( BB TNKS) Khaidir saat menghadiri acara peringatan Hari Harimau se-Dunia (Global Tiger Day) 2024 tingkat Provinsi Bengkulu bertempat di Hutan Madapi TNKS Desa Pal VIII, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejang Lebong yang dilaksanakan Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia pada 23-29 Juli 2024, menyebutkan populasi harimau Sumatera saat ini tersisa 130-140 ekor.
"Populasi harimau Sumatera sudah masuk terancam punah. Saat ini jumlahnya diperkirakan tinggal 130 ekor hingga 140 ekor. Untuk wilayah Provinsi Bengkulu ini diperkirakan tinggal 35 hingga 40 ekor saja," kata dia.
Kelangsungan populasi top predator itu sudah sangat mengkhawatirkan dengan maraknya aksi perburuan liar di dalam kawasan TNKS. Aksi perburuan liar ini harus dihentikan guna mencegah kepunahan Harimau Sumatera.
"Harimau ini merupakan top predator yang menjadi spesies kunci, kalau harimau punah maka akan mengganggu rantai makanan di bawahnya," katanya menegaskan.
Untuk mencegah kepunahan satwa endemik TNKS itu, pihaknya telah melibatkan kelompok masyarakat yang berdiam di sekitar kawasan TNKS dalam bentuk kemitraan.
Sejauh ini pihaknya telah membentuk kelompok tani hutan dan memberikan mereka bantuan usaha ekonomi produktif, sehingga nantinya masyarakat di sekitar kawasan dapat berperan aktif menjaga kelestarian kawasan TNKS dan tidak merusaknya.
"Kementerian LHK melalui TNKS sudah mulai membangun kerja sama dengan masyarakat sekitar kawasan TNKS, bentuknya kemitraan usaha seperti pemberian bantuan usaha peternakan, traktor tangan, mesin potong rumput, bantuan bibit buah-buahan dan lainnya," kata Khaidir. (ANT)