Senin 22 Juli Jadi Hari Terpanas Bumi
(Petr Polak/ Canva Pro)
FAKTA.COM, Jakarta - Bumi mengalami suhu yang memecahkan rekor selama dua hari berturut-turut pada 21 dan 22 Juli 2024.
Saat ini, beberapa bagian dunia mengalami gelombang panas dan kebakaran hutan yang dahsyat.
Data awal dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) pada Rabu (24/7/2024) menunjukkan suhu rata-rata global harian adalah 17,15 derajat Celsius (62,9 derajat Fahrenheit) pada hari Senin (22/7/2024), hari terhangat yang pernah tercatat dalam sejarah.
Suhu ini 0,06 °C lebih panas daripada hari sebelumnya pada 21 Juli, yang dengan sendirinya melampaui suhu tertinggi sepanjang masa yang hanya terjadi setahun sebelumnya.
"Inilah yang dikatakan oleh ilmu iklim akan terjadi jika dunia terus membakar batu bara, minyak, dan gas," kata Joyce Kimutai, ilmuwan iklim dari Imperial College London, dilansir dari Science Alert, Kamis (25/7/2024).
"Dan suhu akan terus meningkat hingga kita berhenti membakar bahan bakar fosil dan mencapai emisi nol bersih." jelasnya.
Copernicus, yang menggunakan data satelit untuk memperbarui suhu udara dan laut global mendekati waktu nyata, mengatakan angkanya bersifat sementara dan nilai akhir mungkin sedikit berbeda.
Ia mengantisipasi rekor harian dapat terus terjadi saat puncak musim panas di belahan bumi utara, dan planet ini mengalami periode panas luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tahun ini merupakan tahun terpanas yang pernah ada.
Monitor pada hari Selasa (23/7/2024) mengatakan suhu global diperkirakan akan segera turun, meskipun mungkin ada fluktuasi lebih lanjut.
Pemanasan global menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem yang lebih lama, lebih kuat, dan lebih sering terjadi, dan tahun ini ditandai dengan bencana besar di seluruh dunia.
Panas yang bersejarah ini telah dirasakan di banyak benua termasuk Asia, Amerika Utara, dan Eropa, di mana gelombang panas dan kebakaran hutan telah menimbulkan kerusakan dalam beberapa minggu terakhir.
Kebakaran juga telah melanda Kutub Utara, yang menghangat jauh lebih cepat daripada tempat lain di planet ini, sementara suhu musim dingin di Antartika jauh di atas normal.