Begini Penjelasan Bukalapak Setelah Dikaitkan dengan TEMU

Logo Bukalapak. (Dokumen Bukalapak)
FAKTA.COM, Jakarta - Setelah dilarang beroperasi di Indonesia, aplikasi TEMU malah dikabarkan akan mengakuisisi Bukalapak. Terlebih, dalam beberapa hari ke belakang, saham Bukalapak dengan kode BUKA terus melesat.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BUKA tengah berada di level Rp147 per 8 Oktober 2024. Angka itu naik 21,5% dari akhir September 2024 Rp121.
Melihat kabar dan data itu, manajemen BEI pun meminta klarifikasi kebenaran kabar TEMU ke manajemen Bukalapak.
Menanggapi permintaan dari BEI, Sekretaris Perusahaan Bukalapak, Cut Fika Lutfi menuturkan, pihaknya tidak mengetahui informasi rencana akuisisi perseroan oleh TEMU.
"Perseroan akan melakukan keterbukaan informasi sesuai dengan ketentutan perundangan yang berlaku jika menerima informasi yang telah diverifikasi kebenarannya atas rencana akuisisi tersebut," ujar Fika.
Selain itu, soal kenaikan harga saham BUKA, Fika menjelaskan, hal tersebut karena reaksi pasar atas informasi rencana akuisisi. Padahal, katanya, kabar itu belum pernah dikonfirmasi manajemen Bukalapak.
"Spekulasi pasar berada di luar kendali perseroan," tutur Fika.
Oleh karena itu, Fika pun mengimbau para pemegang saham publik dan investor dapat memperhatikan keterbukaan informasi oleh perseroan sebelum membuat keputusan investasi di saham BUKA.
Sebagai informasi, TEMU tengah ramai diperbincangkan dalam beberapa waktu terakhir. Aplikasi asal China ini dianggap membahayakan bagi UMKM tanah air karena memfasilitasi transaksi secara langsung antara pabrik China dengan konsumen di negara tujuan.
Alhasil, TEMU tidak diizinkan beroperasi Indonesia. Kepastian tidak diizinkannya aplikasi TEMU diungkapkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (3/10/2024).
Menurutnya, TEMU bakal mendisrupsi ekonomi warga, terutama menyangkut terhapusnya sejumlah kategori usaha kecil dan lapangan pekerjaan lokal.
"Kita harus melindungi UMKM kita karena menyangkut lapangan pekerjaan lokal. Ini terdisrupsi karena mereka dari pabrik itu langsung jual ke konsumen, barangnya juga dari negara lain. Ini kan kasihan UMKM kita," kata Budi.