Dikucilkan di Sekolah Bisa Bikin Remaja Pesimis terhadap Prospek Karir

Ilustrasi bullying. (Freepik)
FAKTA.COM, Jakarta - Remaja yang mengalami perundungan relasional lebih mungkin mengembangkan gejala depresi, menurut sebuah studi terbaru.
Perundungan relasional mencakup hal-hal seperti digosipkan, diabaikan secara sengaja, dan dikucilkan dari kegiatan kelompok.
Studi terbaru juga menemukan bahwa perundungan ini akan menyebabkan remaja seiring waktu menjadi lebih pesimis tentang akademis dan prospek karier di luar sekolah menengah.
Hannah L. Schacter, asisten profesor psikologi di Wayne State University di Detroit yang melakukan studi ini, mengatakan persepsi siswa tentang ketidakmampuan sosial dapat menyebar ke bagian lain kehidupan.
"Anda menerima pesan dari teman sebaya bahwa Anda adalah seseorang yang tidak pantas mendapatkan perlakuan positif, dan itu mungkin kemudian menyebar ke ranah kehidupan lainnya," jelas Schacter, dikutip dari Public News Service, Selasa (15/10/2024).
"Sekarang Anda berpikir bahwa Anda tidak akan dapat berprestasi secara akademis, atau mungkin Anda tidak akan dapat mencapai apa yang Anda inginkan dalam hal pekerjaan atau rencana hidup Anda." tambahnya.
Penelitian ini dimulai dengan lebih dari 300 siswa kelas 9 di 38 sekolah menengah yang berbeda di seluruh Michigan. Siswa menyelesaikan survei daring beberapa kali per tahun selama tiga tahun.
Peneliti menemukan siswa yang mengalami viktimisasi terbuka seperti serangan verbal atau fisik langsung tidak melaporkan harapan masa depan yang lebih rendah. Penelitian sebelumnya menetapkan bahwa viktimisasi relasional memengaruhi kinerja akademis dan skor tes standar siswa sekolah dasar dari waktu ke waktu.
Schacter berpendapat bahwa sekolah perlu melihat dampak perundungan bukan hanya sebagai masalah sosial yang menantang tetapi juga sebagai prioritas pendidikan.
"Karena semakin banyak pengakuan tentang bagaimana hal itu dapat berdampak negatif pada remaja, semakin banyak sekolah yang, paling tidak, mengadopsi kebijakan anti-perundungan,"
Namun, Schacter menyayangkan bahwa hal itu sangat memakan waktu, dan bisa sangat mahal untuk menerapkan intervensi sekolah skala besar berbasis bukti untuk perundungan.
Ia menambahkan bahwa penting untuk memiliki komunikasi yang kuat antara peneliti, pembuat kebijakan, dan administrator untuk mengatasi perundungan. Dengan demikian, tidak terlalu membebani sekolah dan didukung oleh apa yang telah dipelajari oleh peneliti.