Mengapa Gen Z Dinilai Rentan Terkena Gangguan Mental?

Gen Z dinilai rawan terkena gangguan mental. (Foto: Freepik)

FAKTA.COM, Jakarta – Generasi Z alias Gen Z dinilai rentan terkena gangguan mental. Apa yang menyebabkan mental Gen Z rawan terganggu?

Psikolog Irma Rosalinda Lubis, berkata ada beberapa hal yang menyebabkan Gen Z rentan terkena gangguan mental. Contohnya, pengaruh akses teknologi yang mempengaruhi generasi muda dengan konten negatif.

“Nah, akses teknologi ini, kan, banyak berita hoax. Terlalu banyak berita yang masuk. Tidak bisa di-filter mana yang bener mana yang enggak. Ada disebutnya junk information,” kata Irma ketika dihubungi Fakta.com, di Jakarta, Rabu (27/7/2024).

Yang kedua adalah pola pikir yang pesimis terhadap hidup. Ini merupakan dampak arus informasi yang pesat.

“Jadi, dia ngebentuk dirinya dari stigma yang didapatkan dari arus informasi yang tidak ter-filter,” kata Irma.

Banyak Gen Z Mengalami Depresi, Mayoritas Pernah Ingin Akhiri Hidup

Kemudian, penyebab selanjutnya adalah pola asuh orang tua yang membuat anak Gen Z terbiasa di situasi yang mudah dipahami, serta ketidakmampuan manajemen diri.

“Maksud saya gini, menjadi orang yang cenderung bisa jadi lebih agresif gitu loh, lebih ekspresif, lebih agresif, dan akibatnya bisa mempengaruhi kemampuan dalam masalah sosial,” kata dia.

Irma melanjutkan gangguan yang kerap terjadi pada Gen Z adalah gangguan kecemasan, misalnya disebabkan oleh fear of missing out (FOMO).

Sebagai contoh, kata dia, seseorang yang merasa cemas ketika melihat orang lain bertunangan, sedangkan dia belum pernah pacaran.

Hati-hati, Stres dan Kafein Bisa Picu Gangguan Irama Jantung

“Nah, timbul perasaan-perasaan yang galau. Jadi, kecemasannya lebih ke situ gitu, ya. Belum sampai ke gangguan jiwa yang kita sebut tadi, ya. Tapi sudah ada masalah ke gangguan mental,” kata dia.

Lalu, bagaimana caranya untuk menghindari gangguan mental? Irma menyarankan agar Gen Z mengubah sikap, terutama saat menerima informasi internet.

“Harus ada filter atas informasi yang diterima,” kata dia.

Selain itu, Irma menambahkan, afirmasi positif terhadap diri sendiri juga sangat diperlukan. “Mereka harus memberikan afirmasi positif kepada diri mereka, bukan hanya melabeli diri mereka hanya berdasarkan ciri-ciri yang ada di internet,” kata dia.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//