FAKTA.COM, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan tetap mewaspadai dampak rambatan resesi Jepang terhadap aktivitas ekonomi di Indonesia.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah terkait dengan penerbitan Samurai Bond, yakni penjualan surat utang negara di pasar perdana Jepang dalam denominasi yen.
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Suminto mengatakan pemenuhan pembiayaan dilakukan secara prudent, terukur, fleksibel dan oportunistik.
“Dalam pengertian dalam melakukan penerbitan utang kita akan betul-betul melihat situasi terkait dengan market,” ujarnya menjawab pertanyaan wartawan, Jumat (23/2/2024).
Menurut Suminto, faktor utama pembiayaan mengacu pada kebutuhan dana di APBN. Sehingga pemerintah akan memperhatikan size, instrumen dan juga currency yang akan dipilih.
“Termasuk juga perkembangan ekonomi Jepang tadi yang apakah kita akan menerbitkan Samurai Bond, tentu kita akan mencermati,” tutur dia.
Suminto menjelaskan, pemerintah berupaya mencari momentum tepat agar bisa didapat biaya dana (cost of fund) seminimal mungkin.
“Jadi apakah kita akan tetap akan menerbitkan Samurai Bond? Tentu kita akan melihat perkembangan dan perekonomian di pasar keuangan Jepang,” katanya.
Seperti yang diketahui, Jepang mengalami resesi akibat pertumbuhan ekonomi negatif pada dua kuartal berturut-turut di akhir 2023. Adapun, Indonesia sudah merilis empat Samurai Bond dalam denominasi yen Jepang.
Redaksi mencatat, utang pemerintah sampai dengan akhir Desember 2023 adalah sebesar Rp8.144,6 triliun atau setara 38,59% dari Produk Domestik Bruto (PDB).