FAKTA.COM, Jakarta - Bank Indonesia (BI) pada tengah pekan ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,00%. Angka itu tidak berubah sejak Oktober 2023 dan termasuk level yang cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa pihaknya belum berencana memangkas interest rate dalam waktu dekat, setidaknya di paruh pertama tahun ini. Perry menjelaskan penurunan BI rate baru bisa terjadi apabila telah terpenuhinya sejumlah indikator ekonomi.
“Indikatornya apa? Inflasinya tetap terkendali (target 2024 adalah sebesar 2,5% plus minus 1%),” ujar dia kepada wartawan usai Rapat Dewan Gubernur, Rabu (21/2/2024).
Selain itu, sambung Perry, perekonomian domestik harus bisa menunjukan performa yang, minimal di kisaran 5%.
“Dan terutama nilai tukar rupiah tetap stabil, apalagi cenderung menguat,” tutur dia.
Lebih lanjut, indikator lain yang bisa mendorong percepatan BI rate turun adalah sisi eksternal, khususnya kejelasan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve.
“Tentu kalau ada kepastian soal penurunan Fed Fund Rate (suku bunga acuan Amerika Serikat) dan dolarnya tidak terus-terusan menguat,” katanya.
Perry menambahkan, kebijakan mempertahankan bunga acuan saat ini difokuskan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Di sisi lain, Bank Indonesia turut pula mewaspadai dampak yang ditimbulkan dari imported inflation.
“Bahwa saat ini (dengan peningkatan tensi geopolitik) ada gangguan rantai pasok dunia yang bisa membuat kenaikan harga komoditas pangan,” imbuhnya.
“BI rate untuk semetara waktu akan tetap dipertahankan. Sampai kapan? Sabar, sabar. Baseline kami (penurunan) adalah di semester II/2024,” tutup Perry.