FAKTA.COM, Jakarta - Houthi mengancam Israel akan menghadapi pembalasan dari kelompok bersenjata Yaman ini atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, Rabu (31/7/2024).
Kelompok ini bersama dengan Hizbullah dari Lebanon, dan Hamas, merupakan sekutu untuk melawan Israel.
"[Israel] telah melewati batas merah yang sangat besar di tengah pertempuran sengit dan di tengah negosiasi," kata wakil ketua otoritas media Houthi, Nasr al-Din Amer, dilansir dari Al-Jazeera.
Pembunuhan Haniyeh Rabu dini hari di Iran, menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas di wilayah yang diguncang oleh perang berdarah Israel di Gaza dan konflik yang memburuk di Lebanon.
Houthi telah beberapa kali meluncurkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel dan secara brutal mengganggu perdagangan global melalui Laut Merah sebagai tanggapan atas perang Israel di Gaza.
Sekutu Hamas dari Lebanon, Hizbullah, juga mengancam akan membalas serangan Israel pada markas mereka di Beirut dan Ismail Haniyeh. Serangan Israel ke Beirut pada Selasa (30/7/2024), menewaskan lima warga sipil dan puluhan lainnya terluka. Sedangkan pemimpin Hizbullah yang ditargetkan Israel, Fuad Shukr, dikabarkan selamat dari serangan.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengonfirmasi kematian Haniyeh, yang terjadi beberapa jam setelah ia menghadiri upacara pelantikan presiden baru negara itu, dan mengatakan pihaknya sedang menyelidikinya.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei juga memberi peringatan keras pada Israel. "Rezim Zionis kriminal dan teroris, dengan tindakan ini, telah membuka jalan bagi hukuman berat bagi dirinya sendiri." kata Ali Khamenei.
"Kami menganggap sudah menjadi kewajiban kami untuk mencari keadilan baginya, yang menjadi martir di wilayah Republik Islam Iran," tambahnya.