400 Siswa SMP Buleleng Tak Bisa Baca, Mendikdasmen: Disleksia

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti saat ditanya wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (22/4/2025). Fakta.com/Yasmino Shofa
FAKTA.COM, Jakarta – Menteri Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu'ti, membenarkan adanya ratusan siswa SMP di Kabupaten Buleleng, Bali, yang masih belum bisa membaca. Namun, Mendikdasmen menyebut jumlah tersebut hanya segelintir dari total puluhan ribu siswa.
“Itu kami sudah komunikasi dengan dinas pendidikan di Buleleng, jumlahnya itu ada sekitar 400 dari sekian 10.000 murid, jadi persentasenya itu 0,0011 persen,” jelas Mu’ti saat ditemui usai rapat kerja bersama Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Mu’ti mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng untuk menindaklanjuti persoalan ini.
Sebelumnya, pada Kamis (3/4/2025) disebutkan bahwa Dewan Pendidikan bersama Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, menemukan lebih dari 400 siswa SMP di daerah tersebut mengalami kesulitan membaca dan mengeja, bahkan sebagian di antaranya tidak mampu membaca sama sekali.
Mu’ti menggarisbawahi bahwa banyak dari siswa tersebut adalah anak-anak dengan kebutuhan khusus. “Mereka yang mengalami masalah itu sebagian dari anak-anak yang memang mengalami disleksia, anak-anak yang berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menyatakan sekitar 400 siswa SMP di Buleleng, Bali, mengalami kesulitan membaca. Ia menyebutkan persentase ini sebesar 0,0011 persen dari total siswa. Mu'ti menjelaskan faktor-faktor seperti disleksia, kebutuhan khusus, dan… pic.twitter.com/fVyPXJI0DA
— Faktacom (@Faktacom_) April 23, 2025
Selain faktor disleksia, menurut Mu’ti, rendahnya kemampuan literasi ini juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang kurang mendukung perkembangan belajar anak.
“Dan memang anak-anak dari keluarga yang kurang mendapatkan perhatian dengan baik sebagai alasan motivasi belajar yang rendah,” lanjutnya.
Ia menegaskan bahwa pemerintah telah mengambil langkah responsif dengan melibatkan berbagai pihak terkait untuk membantu proses belajar anak-anak tersebut.
“Jadi kami sudah komunikasi dengan dinas pendidikan dan dinas pendidikan beserta pihak terkait juga membantu melayani murid-murid yang dianggap atau yang kemampuannya memang dianggap rendah,” jelasnya.
Mu’ti berharap penanganan yang telah dilakukan bisa memberikan dampak positif terhadap kemampuan literasi siswa ke depan.
“Maka langkah itu sudah ditindaklanjuti dan mudah-mudahan kedepan mereka dapat meningkat kemampuan literasi dan memorasi,” tambah Mu’ti.














