Kemenag Uji Kurikulum Berbasis Cinta di Sekolah Mulai Tahun Ini

Ilustrasi siswa Madrasah Aliyah. Dok. Kemenag Sulsel
FAKTA.COM, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam memperkenalkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dalam sebuah uji publik yang berlangsung di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Kemenag mengklaim kurikulum ini dirancang sebagai bentuk inovasi dalam sistem pendidikan Islam dan dijadwalkan mulai diimplementasikan secara terbatas pada tahun ajaran 2025/2026.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menyampaikan bahwa inisiatif ini berangkat dari kebutuhan untuk menghadirkan pendidikan yang lebih manusiawi dan menumbuhkan nilai kasih sayang sejak dini.
“Pendidikan Islam harus kembali ke akar spiritualnya, yakni cinta. Kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada ujaran kebencian yang muncul dari institusi pendidikan sendiri. Ini jadi tanda bahaya,” kata Amien, dikutip dari laman Kemenag, Rabu (16/4/2025).
Dia menegaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta disusun bukan semata-mata untuk mengganti sistem yang ada, melainkan sebagai bentuk pengayaan. Kurikulum ini hadir untuk menyentuh sisi spiritual dan makna kehidupan, yang selama ini kurang mendapat ruang dalam pendidikan agama.
“Where there is love, there is life. Di mana ada cinta, di situ kehidupan tumbuh. Anak-anak perlu diarahkan kembali ke jati diri mereka yang penuh cinta,” kata dia.
Fokus pada Sinergi dan Lingkungan yang Penuh Kasih
Amien mengatakan, KBC dirancang untuk membentuk karakter siswa agar memiliki rasa cinta terhadap Tuhan, sesama manusia, bangsa, lingkungan, dan diri sendiri.
Untuk menunjang keberhasilannya, ada tiga prinsip utama yang ditegaskan yaitu, guru mengajar dengan cinta, siswa belajar dengan cinta, dan orang tua mendampingi dengan cinta.
“Pendidikan adalah usaha kolektif. Sekolah, rumah, dan masyarakat harus berjalan beriringan dalam mendampingi anak-anak kita,” kata Amien.
Selain itu, kurikulum ini juga mengintegrasikan gerakan cinta lingkungan dalam proses belajar. Penanaman pohon, pelestarian alam, dan tindakan kecil lainnya akan menjadi bagian dari pembelajaran.
Bukan Pengganti, Tapi Penyempurna
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Nyayu Khodijah, menambahkan bahwa KBC bukanlah reformasi total, melainkan penyempurna dari kurikulum yang sudah ada.
“Kurikulum ini memberikan ruh baru. Ini bukan soal menambahkan materi, tapi bagaimana cara kita menyampaikan nilai yang lebih spiritual, kontekstual, dan membentuk karakter,” kata dia.
Penyusunan KBC telah berlangsung sejak Januari 2025 dan melewati lima tahapan revisi.
Uji publik digelar secara bertahap dan melibatkan ribuan peserta dari berbagai kalangan guru, akademisi, hingga tokoh nasional seperti Prof. Juhdi Latif, Prof. Masdar Hilmy, dan Alissa Wahid. Bahkan, beberapa guru besar dari Australian National University (ANU) turut ambil bagian dalam diskusi.
Uji Coba Dimulai Tahun Ini
Menurut Nyayu, implementasi terbatas akan dimulai pada Juli 2025, setelah pelatihan guru dan sosialisasi pada Mei Juni.
Sekolah di lingkungan Kemenag akan menjadi lokasi uji coba, bersama dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum dan para pengajar di pesantren.
“Kami ingin memastikan bahwa kurikulum ini siap dan relevan. Evaluasi akan terus dilakukan hingga akhir 2026,” kata dia.
Dia juga menekankan bahwa proses ini bukan sekadar teknis, tetapi membangun rasa memiliki dari seluruh elemen masyarakat.
“Kurikulum ini lahir dari kolaborasi, bukan hasil keputusan sepihak,” kata dia. (Kiki Annisa Fadilah)