Tren Gambar AI Dikecam, Menbud Minta Seniman Adaptasi dengan AI

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wamenbud Giring Ganesha saat ditemui di Graha Utama, Kompleks Kantor Kemdikbud, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Fakta.com/Yasmina Shofa
FAKTA.COM, Jakarta – Tren mengubah foto menjadi gambar bergaya kartun atau animasi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) tengah marak di media sosial. Hal ini memunculkan kekhawatiran soal nasib para seniman.
Menanggapi keresahan tersebut, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut kemajuan teknologi AI tak bisa dihindari. “Jadi mau tidak mau kita harus beradaptasi dengan perkembangan informasi dan teknologi. Jangan kita menghindar,” ujarnya saat ditemui di Graha Utama, Kompleks Kantor Kemdikbud, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Ia tak menampik bahwa kekhawatiran soal AI mengambil alih lapangan kerja seniman adalah sesuatu yang masuk akal. “Dengan sendirinya realitas itu bisa terjadi. Karena ini tadi tools sebagai alat. Oleh karena itu, kita harus terus berdinamika, berkreasi,” ujarnya.
Namun, jika dilihat dari kacamata yang lebih positif, Fadli justru menyebut teknologi AI adalah alat yang bisa dimanfaatkan untuk kemajuan dunia seni dan budaya.
“Harus kita beradaptasi dan kita gunakan semaksimal mungkin untuk kemajuan dunia seni budaya kita, dunia kreatif kita, termasuk untuk film, untuk musik, untuk macam-macam,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa seniman tidak perlu resah karena tetap ada hal-hal yang tak akan bisa tergantikan oleh kecanggihan teknologi, terutama soal ekspresi dan perasaan. “Ada hal-hal yang tidak bisa dikerjakan oleh AI. Misalnya dalam seni budaya itu, dalam ekspresi seni, ekspresi budaya, yang paling penting juga feeling,” kata Fadli.
“Itu saya kira belum tersentuh oleh AI,” tegasnya.
Senada dengan Fadli, Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha yang juga seorang musisi menyatakan bahwa karya AI masih belum bisa menandingi ciptaan manusia. “Lagu ciptaan AI sih masih belum bisa ngalahin lagu ciptaan manusia,” ujarnya.
Giring pun setuju bahwa aspek terpenting dalam sebuah karya seni adalah rasa atau feeling. Menurutnya, hal tersebut tidak bisa diciptakan oleh kecanggihan teknologi.
“Benar tadi kata Pak Menteri, tidak ada rasa,” kata Giring.
Ia juga menyoroti hasil lukisan AI yang menurutnya masih kalah jauh dibanding karya para seniman. “Maestro-maestro di Indonesia juga jauh lebih memiliki rasa lukisannya, juga jauh lebih indah lukisan-lukisannya daripada lukisan AI,” pungkasnya.
Giring menilai teknologi AI ini bisa dimanfaatkan sebagai referensi, tapi bukan pengganti akhir dalam ekspresi budaya.
“Tapi untuk hasil akhir, saya lebih tetap memegang ekspresi budaya karya manusia,” tegas Giring.