Mendikdasmen: Pendidikan Dasar Jadi Fondasi Penentu Kemajuan Bangsa

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti, di Jakarta, Rabu (15/1/2025). (Fakta.com/Hendri Agung)
FAKTA.COM, Jakarta - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menegaskan pendidikan dasar merupakan fondasi utama bagi kemajuan bangsa. Pendidikan yang maju hanya dapat terwujud jika memiliki akar yang kuat, yaitu pendidikan dasar.
"Upaya kita membangun pendidikan berkualitas, sebagaimana kita membuat sebuah gedung, tentu penentunya adalah pendidikan dasar sebagai fondasi pendidikan yang selanjutnya," kata dia dalam peresmian SD Muhammadiyah Internasional Labschool FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Surakarta, Jawa Tengah, dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Senin (17/3/2025).
Mu'ti berkata pendidikan dasar menjadi tahap yang krusial dalam membangun kemampuan literasi, numerasi, dan berpikir kritis anak.
Dia meyakini anak akan memiliki learning sustainability (keberlanjutan belajar), learning competence (kompetensi belajar), serta learning confidence (kepercayaan diri dalam belajar), yang menjadi modal utama dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mu'ti juga menyoroti pentingnya perbaikan infrastruktur sekolah. Menurut data Kemendikdasmen, ada lebih dari 100 ribu sekolah di Indonesia rusak ringan hingga berat.
“Bapak Presiden dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa tidak boleh ada sekolah yang rusak, tidak boleh ada sekolah yang atapnya bocor, atau kamar kecilnya tidak layak," kata dia.
Tantangan Besar Dunia Pendidikan
Selain infrastruktur, Mu'ti menyoroti dua tantangan besar dalam dunia pendidikan, yaitu learning loss akibat pandemi Covid-19 dan fenomena schooling without learning. Yaitu, siswa bersekolah, tetapi tidak paham materi secara mendalam.
Sebagai solusinya, pemerintah memperkenalkan metode Deep Learning yang berfokus pada pemahaman mendalam. Konsep ini didasarkan pada tiga pilar utama.
“Kami menerapkan Deep Learning nanti, pondasinya akan ada tiga, yaitu mindful learning (pembelajaran dengan kesadaran penuh), meaningful learning (pembelajaran yang bermakna), dan joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan)," kata dia.
Mu'ti menegaskan bahwa cara ini dapat membuat siswa tidak hanya belajar untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau meraih kelulusan.
"Kita biasakan mereka belajar untuk mendapatkan ilmu, bukan hanya mengejar kelulusan," ujar dia.














