7 Wisata Alam Non Pendakian di Kaki Gunung Rinjani Kembali Dibuka

Sabana di kaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Foto: Wikipedia)
FAKTA.COM, Jakarta – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) kembali membuka destinasi wisata non pendakian di kawasan kaki Gunung Rinjani. Wisata ini sempat ditutup pada awal Februari 2025.
“Destinasi wisata alam non pendakian di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani resmi dibuka kembali," kata Kepala Balai TNGR NTB, Yarman, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, dikutip dari Antara (24/2/2025).
Sekadar informasi, kawasan ini ditutup pada awal bulan akibat cuaca ekstrem yang terjadi yang disebabkan oleh Bibit Siklon Tropis Invest 965. Penutupan ini dilakukan sebagai langkah pemulihan ekosistem di Kawasan TNGR dan untuk menghindari risiko bagi para pengunjung.
Yarman berkata, berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Lombok, kondisi cuaca di NTB sudah membaik. Destinasi wisata alam non pendakian tersebut dibuka.
“Masyarakat maupun wisatawan saat ini telah bisa mengunjungi destinasi wisata alam non pendakian tersebut,” kata dia.
Berikut ini adalah tujuh wisata alam non pendakian yang dibuka oleh Balai TNGR.
- Wisata Jalur Sepeda Sembalun, Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun.
- Wisata Bornong Bike Park, Desa Aik Prapa, Kecamatan Aikmel.
- Wisata Bukit Malang via Tombong Rebo, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba.
- Wisata Sebau, Desa Sapit, Kecamatan Suela.
- Wisata Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba.
- Wisata Bukit Gedong, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba.
- Wisata Tangkok Adeng, Desa Lenek Duren, Kecamatan Lenek.
Yarman berkata, pengunjung yang ingin berkunjung ke tempat wisata non pendakian ini, bisa memesan tiket dan membayar melalui aplikasi eRinjani Non Pendakian.
“Pembelian tiket wisata alam non pendakian itu dilakukan secara online,” kata dia.
Sebelumnya, TNGR NTB menyebut destinasi wisata alam non pendakian ditutup mulai 10 Februari 2025 akibat dampak cuaca ekstrem yang disebabkan oleh siklon tropis pada Februari 2025.
“Penutupan dilakukan terhitung mulai tanggal 10 Februari 2025 sampai batas waktu yang tidak ditentukan,” kata Yarman.
Penutupan ini juga dilakukan untuk memulihkan ekosistem di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dan juga memperhatikan informasi prakiraan cuaca dari BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Lombok bahwa sedang terjadi cuaca ekstrem di wilayah Nusa Tenggara Barat yang diakibatkan oleh Bibit Siklon Tropis Invest 96S.
“Aktivitas gelombang atmosfer ekuatorial Rossby, dan monsun Asia, sehingga perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, angin kencang serta potensi dampak bencana banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang,” kata dia.
(Penulis: Kiki Annisa)