Ibu Muda di Inggris Alami Alergi Langka, Rasakan Sensasi Terbakar saat Mandi

Ilustrasi alergi. (foto: Freepik)
FAKTA.COM, Jakarta – Kendall Bryce, seorang ibu muda asal Durham, Inggris yang berusia 25 tahun mengalami kondisi langka yang disebut aquagenic urticaria. Penyakit ini menyebabkan kulitnya membengkak dan muncul ruam setiap kali bersentuhan dengan air.
Dikutip dari Express, Kamis (20/2/2025), Kendall mengungkapkan bahwa mandi atau terkena air hujan terasa seperti terbakar oleh api.
“Saya hanya bisa mandi dua kali dalam seminggu karena rasa sakitnya luar biasa. Saya sering khawatir apakah saya berbau tidak sedap karena jarang mandi,” kata dia,
Kendall, yang saat ini sedang mengandung anak keduanya, harus menjalani kehidupan dengan berbagai keterbatasan. Setiap aktivitas yang melibatkan air, seperti mencuci tangan atau mandi, menjadi pengalaman yang menyakitkan.
Bahkan, dia juga mengalami reaksi buruk terhadap kelembapan udara dan merasa seperti terbakar saat meminum air. Sebagai seorang ibu, kondisi ini juga membawanya pada tantangan lain.
“Saya tidak pernah bisa memandikan anak saya yang berusia satu tahun. Ibu saya yang harus melakukannya untuk saya,” kata Kendall.
Seiring waktu, rasa sakit yang dialaminya semakin parah. Ia mengungkapkan bahwa pada awalnya hanya seperti tersengat tanaman jelantang, namun sekarang rasanya seperti ada seseorang yang menempelkan pemantik api ke tubuhnya.
Apa Itu Alergi Air?
Dikutip dari Healthline, kondisi ini adalah bentuk langka dari urtikaria atau biduran yang menyebabkan ruam muncul setelah kulit bersentuhan dengan air. Ruam ini bisa berwarna merah atau menyerupai warna kulit, disertai gatal, sensasi terbakar, dan pembengkakan.
Uniknya, kondisi ini lebih sering dialami oleh perempuan dan biasanya muncul saat pubertas. Faktor genetik juga diduga berperan dalam perkembangannya.
Beberapa sumber air yang dapat memicu reaksi alergi ini, yaitu hujan, salju, air tawar, air laut, keringat, dan air mata.
Gejalanya biasanya muncul dalam beberapa menit setelah terpapar air dan bisa berlangsung hingga dua jam setelah tubuh dikeringkan. Beberapa gejala yang sering dialami penderita aquagenic urticaria antara lain:
- Kulit memerah (erythema)
- Sensasi terbakar atau menyengat
- Muncul bentol atau ruam
- Pembengkakan
- Bahkan, pada kasus yang lebih parah, meminum air bisa menyebabkan bibir membengkak atau munculnya ruam di sekitar mulut. Beberapa penderita bahkan mengalami kesulitan bernapas atau menelan yang dapat berujung pada kondisi serius seperti anafilaksis.
Bagaimana Cara Diagnosis dan Pengobatannya?
Untuk memastikan seseorang mengalami aquagenic urticaria, dokter biasanya melakukan tes tantangan air, yaitu dengan menempelkan kain basah pada kulit selama 30 menit dan mengamati reaksi yang muncul. Tes ini dilakukan untuk membedakan kondisi ini dari gangguan lain seperti aquagenic pruritus, yang menyebabkan gatal tetapi tidak memicu ruam.
Sayangnya, belum ada pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan aquagenic urticaria. Perawatan yang tersedia hanya bertujuan untuk meredakan gejala, seperti penggunaan antihistamin dan terapi penghambat reseptor histamin.
Kendall berharap dengan berbagi kisahnya, lebih banyak penelitian dapat dilakukan untuk menemukan solusi jangka panjang bagi penderita alergi air sepertinya.
(Penulis: Wafiq Azizah)