Ramai-ramai Politikus Dorong Harga Eceran LPG 3 Kg Rp19.000, Sindir Mafia

Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Said Aldi Al Idrus, di Jakarta, Jumat (7/2/2025). (Fakta.com/Dewi Yugi Arti)
FAKTA.COM, Jakarta - Sejumlah pihak mendorong penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) gas LPG 3 kilogram mencapai Rp19.000, sambil menyinggung peran mafia dalam lonjakan harganya.
Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Said Aldi Al Idrus menyebut HET gas LPG 3 kilogram yang dijual oleh pangkalan mestinya mencapai Rp12.750. Karena keberadaan para mafia, harganya menjadi Rp25.000.
"Harga HET gas itu Rp12.750 tapi sampai ke bawah itu Rp25.000. Nah ini bagaimana pemerintah akan memutus daripada mafia-mafia gas ini?" kata dia, seusai agenda 'Launching Pembersihan 444.000 Rumah Ibadah dan Pembagian 5000 Makanan Bergizi Gratis oleh AMPG', di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (7/2/2025).
"Nah bagi yang tidak senang, mungkin banyak isu-isu yang dimunculkan. Kami yakin dan percaya rakyat akan senang apabila gas punya HET yang jelas, tidak mahal," lanjutnya.
Dia pun mendorong pemerintah dapat menetapkan HET gas LPG 3 kilogram hanya sebesar Rp19.000.
"Ayo sama-sama kita bantu pemerintah untuk membuat satu harga yang murah untuk gas itu Rp19.000 agar tidak ada pihak-pihak mafia-mafia yang memakan uang rakyat," tegasnya.
Senada, Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik dan Keamanan, Sufmi Dasco Ahmad, mengatakan sub pangkalan alias pengecer akan menjual gas LPG 3 kilogram ke masyarakat dengan HET Rp19.000. Sedangkan, harga dari pangkalan awalnya adalah Rp16.000.
"Harganya tadi kalau kita cek, itu pangkalan menjual ke sub-pangkalan Rp16.000. Kemudian sub-pangkalan menjual ke masyarakat Rp19.000. Mudah-mudahan bisa begini terus," ujar Dasco di lokasi pangkalan daerah Kemanggisan, Jakarta Barat, Kamis (6/2/2025).
Pada lokasi yang sama, Wakil Ketua Komisi VI DPR Andre Rosiade menjelaskan HET sebenarnya ditetapkan oleh pemerintah daerah, sehingga di setiap daerah sebenarnya dapat berbeda-beda harganya.
"Jadi gini Mas, HET-nya itu kan ditetapkan oleh pemerintah daerah. Jadi itu yang perlu diketahui setiap kota, kabupaten, maupun provinsi ada yang berbeda-beda tergantung HET yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti itu," tuturnya.
Andre pun menegaskan saat ini sudah tak ada istilah 'pengecer', melainkan diganti menjadi 'sub-pangkalan'. Dengan demikian, apabila ada mafia atau sub-pangkalan yang nakal menaikkan harga setinggi mungkin akan dikenai sanksi.
"Kan sekarang sudah enggak ada pengecer. Yang ada kan sub-pangkalan. Nah sub-pangkalan itu kan nanti akan mengisi beberapa pernyataan. Dan jika kemudian ternyata terbukti melanggar tentu akan ada sanksinya," ucap Andre.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengaku sudah berkoordinasi dengan Komisi XII DPR RI untuk mengubah HET gas LPG 3 kilogram agar menjadi Rp15.000 - Rp16.000 agar masyarakat tidak terbebani.
"Per kilogram itu kita subsidi Rp12.000 per kilogram. Berarti kalau satu tabung 3 kilogram berarti Rp36.000 itu negara mensubsidi," ungkap Bahlil saat ditemui awak media seusai rapat dengan Komisi XII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2025) lalu.
"Makanya harga yang ke masyarakat itu harusnya Rp15.000 - Rp16.000 sudah sangat bagus," sambungnya.
Dia, yang juga menjabat Ketua Umum Partai Golkar ini pun akan mengubah pengecer menjadi sub-pangkalan dengan beberapa persyaratan, sehingga HET yang dijual oleh sub-pangkalan akan mudah diawasi oleh pemerintah.
"Dengan persyaratan yang tidak susah agar niat pemerintah juga jalan baik, masyarakat juga bisa segera mendapatkan LPG dengan mudah," pungkas Bahlil.