'Satu Hari Satu Oknum', Bagaimana Tingkat Kepercayaan pada Polri?

Ilustrasi. Survei Indikator mengungkap tingkat kepercayaan pada polisi. (Antara)
FAKTA.com, Jakarta - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mengungkap Polri dan partai politik (parpol) menjadi dua institusi yang paling tidak dipercaya secara persentase dari total sebelas lembaga yang disurvei.
Dikutip dari situs resminya, Indikator menunjukkan tingkat kepercayaan tertinggi diperoleh oleh Presiden (26 persen sangat percaya, 71 persen cukup percaya, dan 2 persen kurang percaya).
Posisi kedua adalah TNI, dengan 23 persen sangat percaya, 71 persen cukup percaya, dan 5 persen kurang percaya. Posisi ketiga adalah Kejaksaan Agung dengan 13 persen sangat percaya, 66 persen cukup percaya, 15 persen kurang percaya, dan 1 persen tidak percaya sama sekali.
Sementara, tiga peringkat terbawah alias lembaga paling tak dipercaya adalah parpol, DPR, dan Polri.
Meski begitu, dari sebelas lembaga pemerintah dan institusi demokrasi yang disurvei, Indikator secara keseluruhan menunjukkan secara persentase masyarakat paling tak percaya pada Polri dan parpol. Ini didapat dari penjumlahan persentase variabel 'kurang percaya' dan 'tak percaya sama sekali'.
Polri, menurut survei itu, kurang dipercaya oleh 26 persen responden, tak dipercaya sama sekali oleh 3 persen responden. Sementara, 3 persen-nya tak menjawab atau tidak tahu. Totalnya, 29 persen tak percaya Polri.
Korps Bhayangkara sendiri saat ini masih didera deret viral kelakuan oknum polisi hingga memicu tren lama 'satu hari satu oknum' di media sosial. Salah satu yang menonjol adalah penolakan laporan bos rental mobil di Polsek Cinangka yang membuatnya tewas ditembak oknum TNI AL.
Sementara itu, parpol kurang dipercaya oleh 30 persen responden, tak dipercaya sama sekali oleh 3 persen responden, dengan 5 persen-nya tak menjawab atau tidak tahu. Totalnya, 33 persen tak percaya parpol.
DPR memang ada di peringkat kedua paling tak dipercaya. Namun, secara total ada 28 persen yang tak percaya (26 persen kurang percaya, 2 persen tak percaya sama sekali).

Survei tingkat kepercayaan terhadap institusi. (dok. Indikator)
Indikator juga menunjukkan tren penurunan kepercayaan pada Polri. Sebaliknya, parpol mengalami tren peningkatan. Hal ini menurut data setidaknya awal 2024.
Sejak April, Juli, September, Oktober, dan Januari 2025, parpol mendapat poin atau skor tingkat kepercayaan berturut-turut sebesar 54, 62, 51, 60, 62. Sedangkan Polri pada kurun waktu yang sama memperoleh skor 71, 72, 67, 69, dan 69.
Survei ini sendiri memakai metode multistage random sampling dengan 1.220 responden yang diwawancara secara tatap muka.
Survei pada 16-21 Januari 2025 ini memiliki tingkat toleransi kesalahan (margin of error) sebesar ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Tren tingkat kepercayaan terhadap lembaga. (dok. Indikator)
Akui sentimen negatif
Dalam Rilis Akhir Tahun 2024, di Jakarta, Kapolri Listyo Sigit mengakui sentimen negatif terhadap lembaganya mendominasi media sosial di 2024.
Sentimen ini terlacak muncuk terutama jika ada kasus yang melibatkan oknum. Hal itu berdasarkan analisis dan evaluasi terhadap 7.128.944 interaksi di media sosial terkait Polri pada 2024.
Ini terdiri dari 4.864.511 unggahan di Twitter/X, 1.118.709 unggahan di YouTube, 440.256 unggahan di Instagram, 378.833 postingan di TikTok, dan 326.635 unggahan di Facebook.
Dari keseluruhan interaksi tersebut, Kapolri menyebut proporsi sentimen positif mencapai 2.569.975 interaksi (37 persen dari total interaksi medsos tentang Polri), sentimen netral mencapai 1.247.484 interaksi (18 persen), serta sentimen negatif 3.311.485 interaksi (46 persen).
Berdasarkan analisis internal, Listyo Sigit mengungkap interaksi positif mendominasi pada tiga bulan terpisah, yaitu Januari, Februari, Juli. Sentimen negatif mendominasi pada 9 bulan berbeda, yaitu Maret, April, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, November dan Desember.
"Hal tersebut disebabkan karena pada setiap bulan terdapat kejadian menonjol yang melibatkan oknum personel Polri sehingga menyebabkan angka sentimen negatif lebih tinggi dibandingkan sentimen positif," ungkap Kapolri di akhir 2024.
"Meskipun terdapat berbagai isu yang memperoleh respon positif pengguna medsos, namun tindakan kontraproduktif yang melibatkan oknum personel Polri seringkali membuat sentimen negatif menjadi lebih dominan," aku dia.

Kapolri Listyo Sigit meminta maaf kinerja lembaganya belum sempurna. (Antara)
Listyo Sigit pun mengakui kinerja institusi yang dipimpinnya sepanjang 2024 masih jauh dari sempurna.
"Tentunya berbagai capaian kinerja Polri sepanjang tahun 2024 masih jauh dari kesempurnaan," tuturnya, Selasa (31/12/2024).
Serbuan sentimen negatif di media sosial itu, kata Listyo, akan menjadi bahan perbaikan bagi Korps Bhayangkara.
"Polri terus berkomitmen untuk melakukan perbaikan terhadap sentimen-sentimen negatif yang ada di media sosial dengan langkah-langkah nyata di lapangan," ucapnya.
"Atas nama Pimpinan Polri serta seluruh keluarga besar Polri, dari lubuk hati kami yang paling dalam, kami mengajukan permohonan maaf dan tentunya kami terus akan melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang masih dirasakan kurang oleh masyarakat dan mohon kami terus dikoreksi dan dievaluasi," tambah dia.