Masyarakat Tak Ada Duit Lagi Buat Belanja, Pakar Ramal Kuartal-II 2025 Makin Suram

Ilustrasi Tunjangan Hari Raya (THR). (ANTARA/Ardika/am)
FAKTA.COM, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam terseret ke zona 4 persen pada kuartal II‑2025. Peringatan itu disampaikan Managing Director Consumer and Retail Studies Center (CRSC), Yongky Surya Susilo, yang memotret pelemahan belanja masyarakat sejak awal tahun.
“Bulan April bakal merah banget. Setelah Lebaran, penjualan pasti anjlok. Kuartal kedua saya perkirakan lebih rendah dari kuartal pertama,” tutur Yongky dalam paparannya saat AMSC Gathering 2025 di Jakarta, Rabu (23/42025).
Detailnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2025 diproyeksikan hanya 4,6 persen atau lebih rendah daripada Kuartal-II 2024 yang mencapai 5,05 persen. Angka ini juga tertinggal dibanding capaian pascapandemi pada 2021‑2023, ketika laju pertumbuhan masih bertahan di kisaran 5 persen.
Yongky memulai dengan menggambarkan ritel yang nyaris tak bergerak. Pada Januari 2025 penjualan hanya naik 0,5 persen secara tahunan, dan setelah dihitung ulang dengan inflasi, volume penjualan nyatanya sudah menyusut.
Selanjutnya, beralih ke periode puasa yang biasanya menjadi lokomotif konsumsi. Tahun‑tahun sebelumnya, dua minggu sebelum Ramadan, toko dan platform belanja sudah ramai transaksi, namun kali ini menunjukkan penurunan.
“Dua minggu di Ramadan masih sepi; masyarakat baru benar‑benar belanja setelah THR cair,” cetusnya.
Konsumsi masyarakat yang kian tersudut itu, tambah Yongki, menghadirkan masalah baru, di mana ketika tunjangan lebaran habis, arus uang belanja seketika berhenti.
“Begitu THR habis, spending jatuh bebas. Itulah kenapa April saya sebut bulan merah,” ujarnya tegas, menandai tahap suram berikutnya dalam siklus ekonomi 2025.
Lebih lanjut, tekanan terbesar akan menimpa rumah tangga berpendapatan rendah yang terkuras akibat inflasi pangan. Selebihnya, menurut Yongki, kelas menengah juga tergerus perlahan, berisiko turun ke zona rentan.
Sementara kelompok berpenghasilan tinggi memilih menahan konsumsi. Tabungan pada kelompok ini cenderung naik, tetapi efek kekayaannya negatif karena pasar saham lesu menjelang Lebaran.
Meski nuansanya suram, Yongky masih menyisakan optimisme musiman. Ia mencatat pola historis di mana kuartal ketiga dan keempat cenderung memantul seiring agenda belanja sekolah dan akhir tahun.
Ia mempredikasi, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2025 adalah sebesar 5 persen dimana niai ini lebih rendah dari periode yang sama di tahun lalu.